Banyuwangi: Di Balik Alam Memukau, Tersimpan Kekuatan Harmoni Budaya

Ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana Negara
Ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana Negara

Filesatu.co.id, BANYUWANGI | SELAMA ini, Banyuwangi memang identik dengan pesona alamnya yang memukau: Kawah Ijen yang megah, ombak legendaris Pulau Merah, atau lebatnya Taman Nasional Alas Purwo. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan kekuatan yang tak kalah memikat: kekayaan budaya yang hidup berdampingan dalam harmoni. Inilah yang menjadikan Banyuwangi destinasi istimewa dan unik.

Kota berjuluk “The Sunrise of Java” ini adalah mozaik kehidupan berbagai suku dan agama. Mulai dari Suku Osing sebagai penduduk asli, hingga Suku Jawa, Madura, Bali, Mandar, Arab, dan warga keturunan Tionghoa, semuanya hidup rukun, saling menghormati, dan membaur. Di sini, perbedaan justru menjadi kekuatan yang mengukuhkan semangat kebersamaan.

Bacaan Lainnya

“Banyuwangi tumbuh menjadi daerah yang solid karena masyarakatnya mampu menjaga kerukunan antar suku dan agama,” ujar Ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana Negara.

Semangat toleransi ini tak hanya terlihat dalam keseharian, tapi juga terpancar dalam berbagai festival budaya yang semarak. Tradisi Suku Osing menjadi jantung agenda tahunan seperti Festival Kuwung dan Seblang. Warga keturunan Arab turut meramaikan dengan cita rasa khas Timur Tengah melalui Arabian Street Food, sementara komunitas Tionghoa menghadirkan Festival Pecinan yang meriah dan penuh warna.

Lebih dari itu, pemuda lintas agama aktif merajut persaudaraan melalui kegiatan kolaboratif. Organisasi seperti Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Pemuda Hindu, hingga Pemuda GKJW dan LDII rutin menggelar kegiatan sosial bersama. Ini adalah bentuk nyata persatuan yang patut dicontoh dan dibanggakan.

Semangat inklusif ini tidak hanya memperkuat identitas Banyuwangi sebagai daerah yang sangat toleran, tetapi juga menjadi magnet baru bagi sektor pariwisata. Kini, wisatawan tak hanya datang untuk menikmati panorama alam, tapi juga untuk menyelami keberagaman budaya yang autentik dan kaya nilai.

Ketua Perkumpulan Pendopo Semar Nusantara, Uny Saputra, menegaskan bahwa keberagaman yang terjaga ini adalah warisan budaya yang harus dirawat bersama.

“Banyuwangi ini istimewa bukan hanya karena alamnya, tapi karena masyarakatnya yang bisa hidup berdampingan dalam perbedaan. Ini adalah wajah Indonesia yang sebenarnya,” tegasnya.

Menurut Uny, sangat penting bagi generasi muda untuk tidak hanya bangga pada budaya masing-masing, tetapi juga mau belajar dan menghargai budaya lain.

“Ketika kita saling mengenal, maka akan lahir rasa saling menghormati. Inilah modal sosial kita yang paling berharga,” tambahnya.

Banyuwangi bukan sekadar tempat liburan. Ia adalah ruang hidup di mana perbedaan dirayakan, dijaga, dan menjadi energi untuk terus maju. Sebuah contoh nyata bagaimana Bhinneka Tunggal Ika terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *