Dikunjungi Menteri PMK, Bangsring Underwater Wisata Edukasi dan Konservasi Omsetnya Ratusan Juta Perbulan

Menteri PMK Muhadjir Effendy, didampingi Wabub Banyuwangi Sugirah berkunjung ke wisata Bangsring Underwater Banyuwangi berdialog nelayan Pokdarwis. Foto: Istimewa.

Filesatu.co.id, Banyuwangi  | Melihat potensi Wisata Bangsring Underwater  terkini, pendapatannya  mencapai ratusan juta rupiah sebulan, salah satu potensi menonjol menjadi wisata bahari berbasis edukasi dan konservasi favorit di Banyuwangi.


Bangsring Underwater berada di kawasan perairan Pantai Bangsring , kelebihannya Wisatawan bisa melihat kejernihan laut, snorkeling, atau hanya sekedar menikmati kawasan pantai yang rimbun dengan pohon cemara udang.

Bacaan Lainnya

Selain menjadi wisata bahari favorit  yang menyedot wisatawan baik lokal maupun mancanegara, hari ini Kamis (7/3/2024)  dikunjungi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, didampingi Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah.

Kunjungannya disambut  nelayan yang terbentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) dikesempatan itu juga berdialog langsung soal keberhasilan wisata ini menjadi desa wisata yang inovatif.

“Ini contoh,  selama ini kita beranggapan desa wisata itu selalu pedesaan. Destinasi ini merupakan contoh desa wisata yang bisa memaksimalkan potensi pantai di wilayahnya,” kata Menko Muhadjir.

Menurutnya, Bangsring Underwater merupakan obyek wisata bahari berbasis edukasi dan konservasi. Kawasan pantai ini berkembang menjadi destinasi bahari dengan melakukan upaya-upaya konservatif, seperti penanaman terumbu karang, konservasi pantai, hingga penanaman mangrove.

Menariknya, upaya konservasi ini dilakukan oleh nelayan setempat yang dulunya bisa dibilang sebagai “pengebom ikan”. Hingga 2008, kelompok nelayan Samudra Bakti BESA memelopori langkah-langkah konservasi setelah mereka menyadari ekosistem laut di kawasan tersebut rusak.

Destinasi ini kini memiliki omzet Rp 450 juta per bulan. Pendapatan Rumah Tangga Perikanan (RTP) juga meningkat dari yang sebelumnya Rp. 50 juta per tahun, menjadi Rp. 120 juta per tahun.

“Para nelayan yang semula cenderung menjadi perusak lingkungan, sekarang justru menjadi kekuatan positif untuk memulihkan keadaan. Tak sekadar pulih, tempat ini bahkan sekarang tumbuh menjadi pusat ekonomi kerakyatan yang bisa mensejahterakan masyarakat nelayan di sekitarnya,” kata Menko PMK.

Di lokasi,  Menko juga berkeliling melihat langsung berbagai kegiatan pemberdayaan nelayan. Termasuk pengolahan sampah laut menjadi bricket, bahan bakar, hingga produk kerajinan.

“Kami di sini melihat sampah bisa diolah menjadi positif. Ada sampah plastik yang dikonversi jadi bahan bakar, nanti kalau permodelannya sudah bagus tinggal diperbesar volumenya saja,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan