Filesatu.co.id, BANYUWANGI | MASYARAKAT Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Bsnyuwangi, setiap bulan Rajab dalam penanggalan Jawa, yang tahun ini jatuh pada hari minggu, (12/5/2025) menggelar ritual tahunan Resik Kagungan.
Resik Kagungan, bukan hanya sebuah ritual adat, melainkan juga representasi dari kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur masyarakat di Banyuwangi.
Ritual tersebut merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh warga setempat untuk membersihkan pusaka peninggalan leluhur Buyut Cungking, Ki Wongso Karyo, di Bale Tajug Buyut Cungking, lokasi bersejarah yang berada di Lingkungan Cungking.
Tradisi ini tidak hanya mencerminkan rasa hormat terhadap leluhur, namun juga sebagai kepercayaan masyarakat setempat dan sarana untuk memohon kesejahteraan serta keselamatan bagi warga dengan membersihkan pusaka leluhur setiap bulan Rajab dalam penanggalan Jawa, yang dipercaya membawa berkah dan keberuntungan.
Acara yang dimulai pukul 09.00 Wib, diawali dengan menyantap jenang Wonopuro. Hidangan simbolis untuk memohon maaf kepada leluhur atas kekhilafan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan ritual. Kemudian, pusaka-pusaka peninggalan Buyut Cungking dikeluarkan dari Tajug dengan penuh hormat untuk dibersihkan secara bergantian.
Pusaka-pusaka yang dibersihkan meliputi Tombak Kyai Gagak Rimang, Keris Kagungan, Sangku, Layang, Sirip Ikan Agung, Endog Kebo, Krikil Swargo, Krikil Madinah, Tepung Gelang, dan Grito.
Menurut Jam’i, juru pelihara tombak makam buyut Cungking, Gagak Rimang ini pusaka yang sangat sakral.
“Satu tombak tersimpan di Cungking, dan satunya lagi Konon dipegang oleh Presiden Soekarno. Proses pembersihan dilakukan dengan penuh kehormatan. Tombak dan pusaka lainnya dibersihkan menggunakan jeruk nipis, bubuk katul, serutan bambu, dan air khusus,” ungkapnya.
Pusaka-pusaka peninggalan Buyut Cungking dikeluarkan dari Tajug dengan penuh hormat untuk dibersihkan secara bergantian.
Jam’i menjelaskan, air pembersih yang dipergunakan, dipercaya memiliki khasiat istimewa seperti membuat awet muda, mendatangkan rezeki, dan menjaga kesehatan. Tidak heran, warga berebut menampung air tersebut ke dalam botol kemudian dibawa pulang.
Selain itu, gelar tradisi ini juga menjadi ajang bagi masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi dan menjaga semangat gotong royong yang mengingatkan bahwa pusaka tidak hanya berupa benda, tetapi juga warisan semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur.
“Tradisi Resik Kagungan, yang berlangsung khidmat di Bale Tajug Buyut Cungking, Lingkungan Cungking, Kecamatan Giri ini, diharapkan selain menjadi kebanggaan warga setempat juga memperkaya khasanah budaya yang ada di Kabupaten Banyuwangi,” pungkas Jam’i. ***