Optimalkan Alsintan, Pemkab Madiun Gelar Pembinaan Kelembagaan UPJA

Filesatu.co.id, Madiun | Dalam rangka penguatan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), Pemerintah Kabupaten Madiun melalui Dinas Pertanian dan Perikanan menggelar pembinaan terhadap kelompok UPJA. Bertempat di Desa Tambakmas Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun, pertemuan digelar, Rabu (06/03/2024).

Hadir dalam acara tersebut, Parna selaku Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian bersama tim dinas, BPP Kecamatan Kebonsari, PPL dan puluhan ketua UPJA se-Kabupaten Madiun.

Bacaan Lainnya

Dalam sambutannya, Parna mengatakan bahwa Kementerian Pertanian saat ini sedang gencar-gencarnya membantu masyarakat terkait dengan alat-alat mesin pertanian yang bertujuan untuk mengoptimalkan atau mempertahankan produksi pangan nasional. Di Kabupaten Madiun, saat ini sudah ada 81 UPJA yang legal dan sudah ada SK Bupatinya.

“UPJA yang ada di Kabupaten Madiun Ini kita terbitkan melalui keputusan Bupati Madiun secara legal, yang mana di Kabupaten Madiun kita sudah terbentuk sejumlah sejumlah 81 kelompok UPJA. Kelembagaan UPJA ini harus dibentuk karena kebijakan dari Kementerian Pertanian melalui Direktur Jenderal prasarana dan sarana pertanian, salah satu penerima alat mesin pertanian itu adalah nanti sudah dilegalkan oleh kepala daerah,” terang Parna.

Sesuai kategorinya, lanjut Parna, kelompok UPJA terdapat beberapa kelas. Mulai dari UPJA pemula, UPJA berkembang dan UPJA profesional.

“Ada kriteria kelas UPJA yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Yang pertama atau kelas yang paling rendah adalah UPJA pemula, yaitu kelompok usaha pelayanan jasa alsintan yang pengelolaan alat dan mesin pertaniannya belum berkembang. Hanya mempunyai 1 sampai 4 unit alat mesin dan 1 sampai 2 jenis alsintan. Yang kedua UPJA berkembang, yaitu UPJA yang mempunyai 5-9 unit, jenisnya ada 3 sampai 4, ini sudah masuk di dalam kriteria UPJA berkembang. Kemudian yang tertinggi yaitu UPJA profesional yang mana kelompok usaha pelayanan jasa alsintan memiliki lebih dari 10 unit serta memiliki lebih dari 5 unit jenis alat mesin pertanian,” imbuhnya.

Masih dikatakan Parna, Kabupaten Madiun merupakan potensi lumbung pangan nasional, mesin pertanian yang ada di Kabupaten Madiun harus bisa dimaksimalkan agar bisa membantu mengembangkan dan meningkatkan produksi pangan.

“Sebetulnya kalau kita mendengar, melihat Madiun ada kemasukan UPJA dari luar daerah itu sangat kurang enak di hati. Ke depan, untuk kemajuan UPJA yang ada di Kabupaten Madiun ini sekali lagi kami mohon dengan sangat, ini kita mempersiapkan diri, wadahnya kita bentuk yang semaksimal mungkin terkait dengan administrasi maupun pengelolaannya. Kalau nanti kita sudah siap, kedepannya baru kita bisa menerima alat-alat mesin pertanian tanpa ada suatu kendala,” pungkas Parna.

Di tempat yang sama, Isna selaku analis PSP Dinas Pertanian, menganalogikan alsintan yang dimiliki setiap UPJA seperti sapi. Harus dikelola dengan baik agar bisa beranak pinak.

“Alat mesin pertanian ini ibarat ternak, kita bisa mengoptimalkan sehingga berkembang. Jadi yang beranak tidak hanya sapi, alsintan juga bisa menjadi banyak. Beberapa poin penting terkait kesiapan calon penerima bantuan, kelompok UPJA yang akan direkomendasi oleh dinas pertanian, usulannya untuk disampaikan kepada kementerian pertama harus mempunyai kesanggupan untuk mengelola. Kemudian, calon penerima usulan juga harus menyediakan tempat. Ini untuk UPJA yang baru, tempatnya jangan di pinggiran jalan, tidak harus bangunan permanen, minimal tidak kehujanan, tempat yang layak,” papar Isna.

Di tempat yang sama, Sayid Abdullah, salah satu Ketua UPJA yang juga menjadi pemenang terbaik se-Provinsi Jawa Timur dalam peringatan Hari Pangan memberikan sedikit tips dalam dalam mengoptimalkan alsintan. Tips tersebut, berlaku bagi UPJA yang lama maupun yang baru.

“Pengelolaan untuk alat mesin pertanian, semakin banyak alat semakin rumit pengelolaannya. Untuk memudahkan, kita pasangi GPS. Jadi kita tinggal santai di rumah, koordinasi. Setiap hari alat itu jalan kita tahu. Nah nanti setiap minggu operator kita panggil totalan. Untuk yang terbaru, saya sistemnya seperti itu karena semakin banyak alat itu pasti kerjasama kita sama pekerja itu semakin banyak. Kalau kita tidak pantau bener-bener, rawan mbeleset. Kemudian, karena ini usaha pelayanan jasa, kita berarti harus fokusnya itu diuntung. Jadi kita bukan mengarah ke kelompok tani. Kalau kelompok tani itu untuk anggota-anggota. Jadi ini pos-posnya juga harus jelas untuk manajer, untuk pengurus dan untuk operator itu pembagiannya juga harus jelas,” tutup Sayyid.

Tinggalkan Balasan