Kiai dan ulama Bangkalan menjadi contoh dan teladan cegah meningkatnya penyebaran covid-19

Filesatu.Co.Id, Surabaya – Kasus penyebaran Covid-19 di Bangkalan, Madura meledak pasca Hari Raya Idul Fitri 2021. Minggu  (8/6/2021).

Jumlah kasus positif virus corona penyebab Covid-19 di Bangkalan, Madura meningkat pesat, selain itu korban meninggal akibat Covid-19 di Bangkalan, Madura juga banyak.

Bacaan Lainnya

Per hari Minggu (6/6/2021), ada 25 kasus pasien baru yang positif Covid-19 di Bangkalan, Madura. Kemudian 2 pasien Covid-19 meninggal, dan 17 orang dinyatakan suspek corona di Bangkalan, Madura.

Berdasarkan data akumulatif per tanggal 6 Juni 2021, jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Bangkalan, Madura sebanyak 1.779 orang. Kemudian, jumlah pasien sembuh 1.520 orang, pasien Covid-19 meninggal 180 orang, dan kasus Covid-19 aktif di Bangkalan, Madura kini 79 orang.

Melihat peningkatan secara signifikan kasus covid – 19 para Kiai dan ulama Bangkalan bergerak cepat proaktif memberikan imbauan kepada warga agar penyebaran Covid-19 bisa ditekan.

Para kiai dan ulama dalam setiap kesempatan memberikan himbauan agar masyarakat kabupaten Bangkalan konsisten dalam menerapkan protokol kesehatan 3M baik di masjid-masjid, surau dan langgar yg ada di Bangkalan bahkan pesan berantai di media sosial.

Read More :Angka Kasus Positif Covid-19 di Bangkalan Melonjak, Forkopimda Pamekasan Lakukan Penyekatan dan Rapid Antigen Acak

Hal itu senada dengan harapan yang disampaikan anggota Komisi A DPRD Provinsi Jawa Timur, Bapak  Freddy Poernomo yang meminta forum pimpinan daerah duduk bareng serta melibatkan para ulama untuk menekan penyebaran Covid-19 agar tidak semakin meluas ke wilayah lain.

“Madura itu daerah santri. Untuk mengatasi problem itu, ya tokoh-tokoh agama atau ulama diajak dan terlibat dalam pencegahan meluasnya penyebaran” ujar Freddy, Senin (7/6/2021)

Politisi Partai Golkar itu juga menegaskan agar Pemerintah Provinsi Jatim, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan berupaya menekan penyebaran Covid-19 dengan cara sesuai kultur masyarakatnya masing-masing.

“Kalau di Surabaya insyaAllah ketat. Kultur masyarakat Surabaya beda dengan Madura, Kalau di Madura harus melibatkan tokoh informal atau kiai,” terangnya.

Pentingnya peran kiai dan ulama sangat luar biasa untuk memberikan keteladanan,” hal tsb pernah disampaikan dalam webinar Katadata “Bagaimana Menerapkan 3M di Pondok Pesantren?” oleh Kepala Subdit Pendidikan Pesantren Direktorat Pendidikan Pondok Pesantren Kementerian Agama Bapak Basnang Said.

Satuan Tugas Covid-19 Yayasan Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang Neng Azah juga mengatakan kiai bisa menjadi pengawas sekaligus contoh bagi para santri dalam penerapan 3M.  “Misalnya, kiai mengajar dengan memakai masker, maka anak-anak akhirnya juga memakai masker,” ujar Azah.

Sementara anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Abdul Halim mengaku prihatin adanya tiga tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dunia,

Abdul Halim berharap masyarakat di Madura tetap tenang dan tidak panik, serta tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) untuk mencegah penularan Covid-19.

“Masyarakat tetap tenang dan tidak panik, tapi jangan sampai lengah dan meremehkan wabah ini,” ujarnya.

Politisi Partai Gerindra ini berharap, upaya kiai dan ulama Madura bersama seluruh stakeholder yg terlibat dalam pencegahan semakin meningkatnya penyebaran Covid-19 di Bangkalan ini menjadi ikhtiar yang berharga sehingga wabah corona tidak semakin menyebar ke kabupaten dan kota lainnya di Jawa Timur.

“Kami mengapresiasi kerja tenaga kesehatan dan seluruh pihak terkait, baik di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur dan daerah di kabupaten atau kota lainnya untuk melokalisir wabah Covid-19, agar tidak semakin menyebar,” tandas Abdul Halim.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *