Filesatu.co.id, Madiun, Para petani porang di wilayah Madiun saat ini lebih memilih menunda pemanenan. Hal tersebut dikarenakan harga per hari ini masih stagnan, yakni dibawah 7 ribu per kilogram.
Berbeda dengan tahun lalu (2020), pergerakan harga porang di tahun ini terkesan melambat, bahkan hingga saat ini belum mengalami kenaikan yang signifikan.
“Belum tak panen mas, harga masih murah, nanti saja pas bulan September-Oktober baru dipanen,” ujar Dangkung, petani porang kepada media filesatu.co.id, Senin (26/7/2021).
Menurut pria paruh baya yang membudidayakan porang di Desa Bodag Kecamatan Kare Kabupaten Madiun tersebut, harga porang saat ini memang sedang lesu. Hal tersebut dikarenakan jumlah petani porang di wilayah Madiun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
” Lumrah (wajar), jumlah komoditi semakin melimpah, harga pasti rendah, apalagi musim hujan juga baru selesai, kadar air dalam umbi masih tinggi,” imbuhnya.
Masih menurut Dangkung, di wilayah Madiun terdapat dua karakter petani porang. Yang pertama adalah petani kawakan (lama), yang kedua adalah petani pemula. Bagi petani kawakan, rendahnya harga umbi porang siap produksi saat ini, bukanlah suatu problematika dalam budidaya. Hal ini dikarenakan mereka tidak perlu modal besar dalam pengadaan bibit.
Berbeda dengan petani pemula yang baru mulai budidaya porang sekitar 1-2 tahun yang lalu (2019-2020). Pada tahun tersebut, tanaman porang dianggap sangat populer. Harga bibit (katak) relatif mahal. Tercatat, harga bibit mampu tembus diangka 350 ribu per kilogram.
Sementara itu di lokasi berbeda, hal senada juga diungkapkan oleh Andri, petani pemula di kecamatan Kebonsari-Madiun. Menurutnya, rendahnya harga umbi porang (produksi) dibanding tahun lalu, menjadi sebuah momok bagi petani pemula.
“Kalau dibanding tahun lalu, turunnya memang lumayan jauh mas, bagi petani pemula apalagi yang modalnya dari pinjaman, mau gak mau harus dipanen, gak sesuai ekspektasi, beda dengan mereka petani kawakan, mereka sudah punya bibit sendiri, gak perlu modal besar sampai-sampai cari pinjaman,” ungkapnya.
Andri menyarankan, dalam budidaya porang memang tidak perlu mamatok target yang fantastis. Menurutnya, yang terpenting adalah pengembangan, perluasan lahan dan perbanyak relasi jaringan.
Budidaya porang memang sangat menggiurkan. Komoditi bernilai tinggi menjadi solusi ditengah pandemi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani.(Anwar/filesatu).