Hari Kedua Eksekusi Jumputrejo: Warga Angkat Kaki, PN Sidoarjo Sebut Proses Hampir Tuntas

Hari Kedua Eksekusi Jumputrejo Warga Angkat Kaki
Hari Kedua Eksekusi Jumputrejo Warga Angkat Kaki

Filesatu.co.id, SIDOARJO |  PELAKSAAN eksekusi lahan sengketa di Perumahan Jumputrejo, Sidoarjo, memasuki hari kedua pada Kamis (20/11/2025). Suasana di lokasi tampak jauh lebih tenang dan kondusif dibandingkan kericuhan yang terjadi pada hari pertama. Sejumlah warga terlihat pasrah, mengakhiri perlawanan dengan mengeluarkan dan mengangkut barang-barang pribadi mereka ke atas truk, menandai berakhirnya keberadaan mereka di lahan yang telah ditempati bertahun-tahun.

Meskipun aktivitas pengosongan rumah dilakukan secara mandiri oleh warga, penjagaan dari aparat gabungan tetap disiagakan. Personel dari Polresta Sidoarjo, Kodim 0816, Satpol PP, dan Forkopimcam Sukodono ditempatkan di titik-titik vital, meski dengan jumlah yang berkurang. Aparat bertugas memastikan proses pengosongan berjalan tertib dan mencegah potensi gesekan antara warga dan pihak pemohon eksekusi.

Bacaan Lainnya

Panitera Pengadilan Negeri (PN) Sidoarjo, Rudi Hartono, dalam wawancara langsung dengan Filesatu.co.id, menyampaikan bahwa pelaksanaan eksekusi kini sudah berada pada fase akhir.

“Insya Allah, informasi dari kuasa pemohon menyebutkan bahwa eksekusi lanjutan ini sudah mendekati selesai,” ujar Rudi. “Kami masih menunggu serah terima resmi dari pengadilan. Namun, menurut kuasa pemohon, apabila truk yang saat ini keluar sudah meninggalkan lokasi, maka eksekusi dianggap selesai. Mereka juga memastikan tidak akan ada lagi truk yang masuk setelah itu.”

Terkait beberapa barang warga yang masih tertinggal di lokasi, Rudi menduga adanya kesepakatan khusus antara warga dan pemohon eksekusi. “Sebagai pelaksana, kami hanya menjalankan sesuai ketentuan yang diminta pemohon. Namun, semua itu harus dituangkan dalam surat pernyataan agar memiliki dasar hukum yang jelas, dan nantinya akan kami lampirkan dalam berita acara,” tegasnya.

Di tengah suasana yang kondusif, rasa haru tetap menyelimuti proses pengosongan. Warga bekerja bergantian mengemasi barang, mulai dari perabot rumah tangga, pakaian, hingga dokumen penting yang berhasil diselamatkan. Beberapa keluarga terlihat saling membantu memindahkan barang ke truk, sementara yang lain hanya terdiam, menatap rumah yang sebentar lagi akan menjadi kenangan.

Filesatu.co.id sempat berbincang dengan beberapa warga terdampak. Banyak dari mereka mengaku kehilangan arah dan tidak memiliki pilihan lain selain meninggalkan rumah.

“Kami berharap mendapatkan yang terbaik, namun kenyataannya seperti ini. Kami sangat terpaksa harus keluar karena tidak ada pilihan lain,” tutur Ibu Widi, salah satu warga yang telah menghuni kawasan tersebut selama 10 tahun dan menjadi penghuni pertama.

Di antara kerumunan, Ibu Widi tampak sibuk mengangkat kardus-kardus ke atas truk, matanya berkaca-kaca. “Tidak pernah terbayang kami harus pergi seperti ini. Rumah yang kami rawat selama ini harus kami tinggalkan begitu saja,” ucapnya lirih.

Ia berharap, jika memang masih ada celah, perjuangan untuk mendapatkan hak milik warga dapat terus diupayakan dengan cara yang tidak membebani mereka.

“Ini semua yang bisa kami bawa, selebihnya kami pasrahkan,” kata warga lain yang tampak letih setelah berjuang sejak pagi memindahkan barang-barangnya. Satu per satu perabotan rumah tangga, pakaian, hingga dokumen penting diangkut ke truk. Beberapa ibu terlihat menahan tangis, sementara anak-anak hanya bisa memeluk barang-barang kecil yang masih sempat mereka selamatkan. ****

Tinggalkan Balasan