Tangkal Radikalisme Dengan Positif Bersosial Media

Gambar Ilustrasi

FILESATU.CO.ID, KOTA SURABAYA – Kemajuan teknologi informasi yang cukup pesat berpengaruh besar terhadap peradaban dan kebudayaan masyarakat. Internet kini bukan hanya akrab bagi anak muda, bahkan orang tua serta anak kecil pada masyarakat kota juga pelosok- pelosok desa ikut menggunakannya. Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut disampaikan Ahmad Bashri Sekreratis Pusat Pembinaan Ideologi (PPI) LPPM Uneversitas Negeri Surabaya (UNESA)perlu menjadi perhatian bersama agar hal yang buruk dari dampak Teknologi Informasi dapat diantisipasi.

“Teknologi informasi misalnya kini banyak dimanfaatkan oleh kolompok radikal maupun intoleran dalam melakukan propaganda dan penyebaran paham mereka” kata Bashri. Sabtu (19/6/2021).

Secara sederhana radikalisme ini menolak adanya ideologi Pancasila, UUD, dan ke Bhinneka-an yang sangat kental dengan budaya luhur kita. Tipe-tipe pelajar dan kaum milenial khususnya sangat krusial terhadap tantangan radikalisme ke depannya. Dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat sehingga dapat menyebabkan kaum milenial ini menjadi kecanduan internet, bersifat apatis tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

“Hal ini yang menyebabkan mudahnya paham radikalisme dapat masuk ke dalam diri kaum milenial sekarang ini” jelasnya

Photo: Achmad Bashri

Ahmad Bashri menambahkan social media yang ada sekarang memang sangat krusial perannya di masyarakat terutama bagi para pelajar dan anak muda, dikarenakan banyaknya informasi atau hal-hal yang belum tentu benar, belum sesuai fakta namun dengan mudahnya dicerna oleh para pemuda dan pelajar ini, sehingga dapat terjadi gagal paham di antara mereka yang menyebabkan mereka memiliki faham tersendiri yang belum terbukti kebenarannya. Jadi pada saat di posisi ini paham radikalisme akan masuk kepada jiwa mereka.

Salah satu dampak media sosial yakni adanya fenomena self recruited yang artinya pengguna terekrut sendiri (efek gagal paham). Hal ini disebabkan ketidakpahaman tentang suatu informasi dan ilmu yang belum jelas asal usulnya. Bacaan-bacaan di media sosial yang sengaja diarahahkan oleh oknum tertentu yang secara tidak langsung mempromosikan faham radikalisme sehingga dapat mempengaruhi keputusan di dalam diri orang yang membaca artikel atau bacaan tersebut.

Solusi kongkritnya, perkembangan radikalisme ini dapat dicegah dengan adanya pendekatan manual/intens, bantuan akademik, pendekatan dakwah secara digital, penguasaan isu-isu di media digital yang ada.

“Hal itu semua sangat berpengaruh bagi masyarakat terutama pemuda yang aktif dalam dunia teknologi atau social media untuk membentengi dirinya dari faham-faham radikalisme.” tandasnya.

Hal senada juga disampaikan Udin selaku aktifis media Jatim bahwa tidak dapat dipungkiri teknologi informasi banyak disalah gunakan sehingga berdampak negatif bagi masyarakat.

“Sangat gampang mencari di internet konten konten yang tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia, termasuk paham paham radikalisme” kata Udin aktifis yang juga seorang wartawan.

Hal itu menurutnya tentu berkaitan erat dengan mudahnya orang membuat situs atau akun akun media sosial. Oleh karena itu Udin mengajak untuk melawan dan menekan konten konten negatif dengan cara menyebarkan pesan dan narasi yang positif di media sosial untuk membangun sekaligus menjaga NKRI.

“Dan untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah semestinya tidak sendirian. Tetapi juga dibutuhkan peran aktif lembaga lain seperti LSM dan swasta termasuk para pegiat yang pro konten positif untuk bersama-sama berperang melawan konten negatif.” pungkas Udin.(Roni A/Filesatu).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *