Opini.
Penulis: Supono
Jabatan: Pemimpin redaksi Media FILE SATU
Filesatu.co.id | Apakah benar di Negeri ini gampang mencari kekayaan sehingga seseorang dengan leluasa mudah memperkaya diri sendiri .
Berbagai cara mudah, bahkan sangat mudah sekali ditempuh untuk cepat kaya. Seperti tanpa beban berbuat yang penting mempunyai kemampuan, hubungan dan cukup bermental baja sehingga mampu mengendalikan dan menggerakkan siapapun.
Seakan cukup dengan Bim salabim uang datang atau hanya cukup mempunyai mitra dekeng oknum yang mau berbagi Fee (wani Piro) uang mengalir deras. Kerja mudah tinggal perintah lagi, karena sudah mempunyai uang dan kekayaan berlimpah.
Boleh dicontohkan, mulai dari tukang tipu berdalih gandakan uang, tukang aksi berdasi yang pandai marketing palsu, tukang jualan barang haram , tukang keruk rampas uang rakyat, pengusaha yang berusaha usahanya titik titik dan banyak lagi.
Mungkin pernah ada, dari hasil rampasan uang rakyat bisa dibuat hidup mewah, beli barang-barang mewah bahkan jalan jalan mewah.
Tidak asing lagi bahkan terang terangan bertujuan memperkayakan diri sendiri tanpa pedulikan nanti, “Ada kesempatan sikat saja Bro, soal ada apa apa pikir nanti deh, mumpung sekarang masih bisa dan ada jalan”.
Semua itu pernah ada dan nyata di Negeri ini dan bukan dongeng atau cerita, kemungkinan banyak penulis di luaran sampai membuat judul “Negeri Banyak Dongeng”
Dari oknum pelakunya pun bermacam-macam mulai berdasi bisnis bodong berkedok MLM, oknum Bekerja perpajakan keruk uang rakyat, oknum pejabat berkedok usaha, usahanya macam-macam, bertambang, pekerbunan, kuliner, properti, dan banyak lagi.
Ironisnya lagi, pejabat negeri ini seakan membiarkan atas perbuatannya, dari awal seoalah diberikan kesempatan, meskipun tahu dan nampak jelas itu melanggar peraturan dan semua tidak sesuai atau nabrak Undang-undang yang penting sama teraliri dana. “Sama-sama makan dulu Kenyang dulu”.
Ibarat tower dibiarkan berdiri tanpa peduli resiko sekitar, bagaimana jangka panjangnya, waktunya kapan diganti, tahun expirednya kapan?. Rusak dulu, roboh dulu, terus kena orang dulu baru beramai ramai peduli dan di usut.
Semua akan ditindak jika sudah terjadi baru terurusi, lucukan… “set jangan tertawa, meskipun tertawa boleh cukup ngakak saja,” gurau penulis.
Pernah viral dimedia, oknum kekayaannya hingga miliaran rupiah bekerjanyapun relatif singkat, entah itu berpangkat ataupun yang tidak mempunyai pangkat.
Bahkan ibaratkan, pangkat rendahpun bisa bergaji mewah, semisalnya masih berpangkat rendah tapi sudah mempunyai gaji mewah bisa seukuran gaji Jendral Berbintang malahan terkadang lebih (kalau dihitung kekayaanya). Seakan gaji Jendralpun kalah jauh perbulan bisa meraih miliaran rupiah, bahkan kekayaan yang dimiliki sampai sulit dikejar sehingga menjadi kejar kejaran sama penegak hukum.
Dari cerita yang pernah kita dengar, eyang dulu sampai kini masih ada terjadi. Sepertinya negeri harus cepat berbenah biar tidak terus mendapat pengalaman pahit apalagi mendongengkan pada anak cucu cicit ahli waris syah negeri ini. Mereka juga butuh seperti diluaran sana yang SDM nya jauh lebih baik. Jangan sampai hanya menjual sumber daya alam saja karena pasti akan habis. Seyogyanya jual sumberdaya manusianya (pikiran) sehingga mampu menciptakan produk apapun untuk layak menjual hasil kreativitanya di pasaran lokal maupun internasional.
Dengan begitu sumberdayanya utuh, masyarakat hidupnya bisa sejahtera dan kekayaannya merata, kaya semua, mewah semua, biar tidak dibilang memperkaya diri sendiri.
Biar mendapat pujian baik balik dari dunia tidak hanya mendapat sorotan belaka seoalah negeri ini gagal rukun sehingga tidak di cap gagal semua.
Jangan sampai ada lagi diluaran sana terus banyak yang menanti kehancuran setelah itu beramai ramai merampas untuk di memiliki yang bukan semestinya mereka mendapatkan dari warisan negeri ini.