FILESATU.CO.ID, (Singaraja, Bali) – Prestasi tingkat internasional dari ajang seni silih berganti ditorehkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Kali ini kembali datang dari Yohanes Soubirius De Santo. Mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini terpilih sebagai pemenang dalam event United Nations Development Programme From The Desk of The Executive Secretary yang diselenggarakan oleh PBB.
Selain itu juga pada event Art And Artisans yang diselenggarakan oleh Integrated Learning Institute For Sustainable Development Dan Forum Global Challenges di Kanada.
Kedua event ini berlangsung pada Januari sampai Februari 2021. “Yang di PBB diadakan di daerah London, Inggris. Saya terpilih sebagai pemenang. Yang di Kanada di daerah Lombard Ave. Disini saya terpilih menjadi juara I,” terangnya saat dikonfirmasi, Kamis (4/2/2021).
- Baca Lainnya :
- Pemdes Kandangan Kembali Melakukan Penyemprotan Desinfektan
Pendaftar untuk mengikuti event besar ini mencapai puluhan ribu orang yang terdiri dari serikat pekerja, asosiasi, badan perusahaan, seniman, pekerja seni, dan pengrajin seni, yang berasal dari 193 negara. Di event PBB, Yohanes, memamerkan karya tugas akhir penciptaan dalam kuliah, yaitu karya seni Prasi, yang merupakan pengembangan dari tema-tema seni prasi pada umumnya.
“Pada karya ini, saya mengangkat tema tentang kebudayaan dari daerah asal saya yaitu NTT. Disini saya mencoba memvisualisasikan tentang beberapa kebudayaan yang ada di sana,” ungkapnya.
Sementara itu untuk di Kanada, ia memamerkan karya seni drawing yang bertemakan tentang perebutan peran di masa pandemi ini. “Karena saya merasa masa pandemi ini bukan dijadikan sebagai masa peralihan dalam perbaikan diri. Melainkan digunakan sebagai ajang berebut peran dalam mengambil materi, kekuasaan, jabatan, dan yang lainnya,” lanjutnya.
Persiapan dalam mengikuti event tersebut tidak berlangsung lama. Karya yang dipamerkan telah dibuat tahun sebelumnya. Ia menegaskan tujuan utama untuk berkarya tidak untuk kepentingan pameran, melainkan karyanya bisa menjadi terapi kesehatan bagi setiap makhluk.
“Inilah sudut pandang saya tentang dunia kesenian, dimana kesenian memang tidak bisa menjadi obat dari suatu penyakit, namun kesenian dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang dapat memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk,” tegasnya.
Atas hal tersebut, ia memanfaatkan setiap waktu untuk terus mengasah kemampuan dan terus berproses dalam dunia kesenian.
Terhadap prestasi yang diraih, ia mengaku tidak pernah menyangka sebelumnya. Sebab ia harus bersaing dengan banyak peserta yang menampilkan karya tidak kalah hebat.
“Tentu saya sangat senang dan mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmatnya, karena semula saya juga tidak menyangka akan terpilih sebagai pemenang dalam kedua event besar tersebut. Bermodalkan keyakinan dan rasa percaya diri dari dalam diri, saya memberanikan diri untuk ikut serta,” tuturnya.
Selain event ini, Yohanes sebelumnya juga sering tampil dalam berbagai ajang kompetisi dan pameran, baik skala lokal, nasional, maupun internasional. Selain itu dirinya juga terlibat dalam bagian pembuatan buku skala internasional.
Baginya, hal ini untuk membangkitkan rasa keyakinan dan optimisme pada diri setiap orang di masa pandemi ini.
“Untuk di tahun 2021, selain 2 event besar ini, saya juga mengikuti kegiatan pameran di Lampung dan pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dalam menyambut Bulan Bahasa,” pungkasnya.
Laporan : Lilik. (Undiksha)