Filesatu.co.id,Jakarta | Pada Peringatan 50 Tahun Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Stockholm tanggal 5 Juni 2022 di ibicarakan tiga masalah lingkungan hidup yang mendesak untuk diperhatikan dewasa ini, yaitu : pemanasan global dan perubahan iklim, kehancuran alam dan hilangnya keanekaragaman hayati, serta polusi, khususnya polusi udara.
Adapun tema dari Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 kembali diperingati dengan tema yang sama seperti 50 tahun lalu, yakni “Only One Earth” (Sustainably in Harmony with Nature), sedangkan di Indonesia, diperingati dengan tema“Satu Bumi untuk Masa Depan.”
Berkaitan dengan momentum peringatan Hari Lingkungan Hidup se-dunia ke-50 tahun tersebut, Ketua LSM Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Biru Voice, Suryo Susilo, kepada pers yang menghubunginya, mengatakan bahwa momentum peringatan Hari Lingkungan hidup ini, dapat menjadi suatu refleksi untuk mengakui dengan jujur dan tulus bahwa kita belum sungguh peduli dalam menjaga bumi sebagai rumah bersama.
Bahkan di kalangan masyarakat masih terdapat cara berpikir alam ciptaan hanya sekadar sarana, sehingga dapat menjadi pembenaran dari watak serakah manusia untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam yang akan berujung pada rusaknya keseimbangan ekosistem. Pada gilirannya kerusakan itu akan membuat manusia menderita.
“Di Peringatan Hari Lingkungan Hidup ini, untuk melestarikan dan menjaga bumi dari kerusakan sudah saatnya kita melakukan upaya serius untuk menyelamatkan bumi,” ucap Suryo Susilo kepada filesatu.co.id Minggu, 5 Juni 2022 di Jakarta.
Menurutnya, Peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini mengajak warga Bumi, untuk menyadari bahwa di antara jutaan galaksi yang ada di alam semesta, jutaan planet di galaksi, hanya ada satu Bumi yang menjadi tempat tinggal manusia, karena itu suka atau tidak suka diperlukan adanya kesadaran bagi para warga bumi untuk merawat bumi, agar bumi ini tetap lestari, bukan hanya untuk masa kini saja melainkan untuk masa mendatang, dan juga bukan hanya untuk generasi sekarang saja, melainkan untuk generasi mendatang.
“Oleh karena itu diperlukan perubahan cara berpikir, sikap maupun habitus kita yang merupakan bentuk upaya mewujudkan pertobatan ekologis, dengan bukan hanya menyuarakan keprihatinan saja, melainkan juga perlu melakukan sesuatu yang nyata konkrit, secara sadar melakukan aktivitas menyelamatkan bumi kita ini dari krisis ekologis” tukas Suryo Susilo
Pemanasan global dan perubahan iklim yang ramai dibicarakan sejak dirilis film Inconvenient Truth sekitar 16 tahun yang lalu, adalah prediksi yang telah kita rasakan secara nyata beberapa tahun ini.
Susilo juga mengingatkan bahwa Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati, namun kita bahkan tidak mensyukurinya apalagi menjaganya, sehingga kita merusak dengan mengeksploitasi alam secara tidak terkendali.
“Kita perlu melakukan pertobatan ekologis sebagai komitmen yang merujuk pada perubahan dari dalam diri, sehingga melahirkan refleksi kritis tentang norma dan nilai atau prinsip moral yang dikenal umum selama ini dalam kaitan dengan lingkungan hidup, sehingga manusia tidak keliru dalam cara pandang dan bertindak dalam menjaga Bumi yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya. Mari kita merawat Bumi sebagai rumah kita bersama, agar tetap nyaman untuk dihuni tidak hanya oleh kita sekarang ini, tetapi juga oleh anak cucu kita di masa mendatang” pungkas Suryo Susilo.
Pewarta:Tri