Filesatu.co.id, Banyuwangi | Banyuwangi Batik Festival (BBF) kembali digelar Pemkab Banyuwangi dengan menyuguhkan peragaan busana batik, di sebuah pedestrian di areal creative space, Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan, Jumat sore (30/9/2022).
Ajang ini ini jugs menjadikan wadah kreatifitas para model dan desainer anak-anak muda Banyuwangi, sekaligus mengampanyekan “Bangga Buatan Indonesia”.
Di ajang Fashion on Pedestrian yang merupakan rangkaian event Banyuwangi Batik Festival (BBF), terlihat 100 model dari kategori anak-anak hingga dewasa melenggang di trotoar creative space areal RTH Taman Blambangan yang disulap menjadi catwalk. Dengan luwes mereka memeragakan aneka busana batik dengan motif Sisik.
Para model ini membawakan busana batik hasil desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Tema busana yang disajikan mulai kasual, busana pesta, hingga busana kerja.
Saat pertunjukkan dimulai, para model lokal ini tampil layaknya model profesional. Dimulai dengan kategori anak, beragam busana batik kasual dengan warna-warna cerah pun mendominasi.
Berlanjut kategori remaja yang membawakan busana pesta, kain batik berhasil disulap menjadi aneka busana yang berkesan elegan dan mewah. Dilanjutkan parade busana kerja yang dibawakan oleh kategori dewasa yang tampil dengan desain busana yang lebih formal. Ajang ini lalu ditutup dengan parade puluhan model bertubuh oversize yang memperagakan busana pesta kategori dewasa.
“Ini adalah cara untuk mendukung industri sektor kreatif, khususnya batik, di Banyuwangi. Ajang semacam ini akan terus kita gelar sebagai salah satu pendorong pemulihan ekonomi,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka acara.
Event Banyuwangi Batik on Pedestrian digelar rutin tiap tahun sejak 2013 sebagai rangkaian kegiatan event Banyuwangi Batik Festival (BBF). Setelah sempat terhenti dua tahun karena pandemi covid-19, parade fesyen batik di trotoar ini kembali digelar tahun ini.
“Lewat ajang ini, kami berharap para perajin batik lokal kembali bergeliat. Kembali berkreasi setelah stagnan karena pandemi, dan tentunya pesanan kain batiknya juga kembali pulih,” kata Ipuk.
Bagi Ipuk, BBF juga menjadi wadah kreativitas anak-anak muda daerah yang memiliki passion di bidang fesyen, khususnya batik. Selain juga, sebagai sarana mengkampanyekan produk lokal.
“Ini sesuai arahan Presiden Jokowi agar kita semua bangga menggunakan produk dalam negeri. Mari kita durung program Bangga Buatan Indonesia,” kata Ipuk.
Ipuk pun menegaskan, ajang semacam ini akan terus digelar di Banyuwangi. “Kami yakin dengan terus memberikan panggung seperti ini akan mampu memunculkan bibit-bibit desainer potensial daerah. Selain itu, ini juga cara menumbuhkan kecintaan anak-anak muda pada kain batik yang merupakan warisan budaya bangsa,” kata Ipuk.
Ajang ini disambut antusias oleh para peserta. Salah satunya, Aliena Miesha dari SMA 2 Taruna Bhayangkara, Genteng. Dalam kesempatan ini Aliena memperagakan busana pesta yang dia rancang sendiri bersama sang ibunda.
“Senang bisa ikut lagi. Dulu pernah ikut, lalu vakum karena pandemi. Ini kesempatan menyalurkan passion saya,” kata Aliena.
Banyuwangi Batik on Pedestrian ini mendapat apresiasi positif dari desainer Philip Iswardono, desaine nasional yang beberapa kali terlibat dalam ajang fesyen ini. Menurutnya, gelaran fesyen di Banyuwangi tahun ini mengalami peningkatan kualitas.
“Kreativitas peserta sudah semakin baik. Hanya perlu sedikit pendampingan agar mereka lebih memahami tema. Misalnya, konsep yang benar untuk busana pesta itu seperti apa, sehingga desain mereka bisa benar-benar diterima pasar,” kata Philips. (*)