Filesatu.co.id, Banyuwangi | Dampak lesunya perekonomian, selain berimbas pada merosotnya pendapatan, juga dikeluhkan oleh para pedagang Pasar tradisional atau Pasar Daerah (Pasda) di Kabupaten Banyuwangi.
Bahkan, dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh pedagang yang berjualan di Pasar Umum, tetapi juga di Pasar Hewan.
Seperti yang disampaikan oleh Asmat, salah satu pedagang yang berjualan di Pasda Srono, Kecamatan Srono, penurunan omset dirasakan mencapai 50 persen.
“Penurunan omset antara 40 – 50 persen per hari ini kami rasakan sejak bulan Juli hingga hari ini,” jelas Asmat. Jumat (18/10/2024).
Seluruh pedagang juga memaklumi lantaran sejak bulan Juli hingga hari ini masyarakat Banyuwangi yang mayoritas petani dihadapkan dengan banyaknya pengeluaran, sedangkan pendapatan dari hasil panen menurun drastis akibat cuaca ekstrim
“Pada bulan Juli orang tua harus memenuhi kebutuhan pembiayaan pendaftaran sekolah anaknya, kemudian disusul dengan kegiatan bulan Agustus. Lalu bulan September dengan peringatan Maulid Nabi SAW, dan untuk bulan Oktober, petani memasuki persiapan musim tanam, mungkin itu yang mengakibatkan omset jadi menurun,” papar Asmat.
Keterangan yang sama juga disampaikan Peni, pemilik warung pedagang nasi pecel. Menurutnya, dalam sehari ia paling banyak menanak nasi maksimal hanya 1,5 kilogram.
“Sebelumnya dalam sehari saya menanak nasi rata-rata habis 3 Kilo, sejak memasuki bulan juli hingga hari ini dalam sehari menanak nasi maksimal hanya 1,5 Kilo. Mau bagaimana lagi, sales-sales sekarang juga jarang yang datang,” ungkap Peni.
Terpisah, keluh kesah yang sama juga disampaikan oleh Sukron, pedagang hewan ternak sapi dari Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, yang biasa berjualan di Pasar Hewan Glenmore.
“Sejak lesunya perekonomian, harga jual sapi hingga hari ini stagnan, tidak begitu baik dan tidak begitu buruk. Yang penting asal bisa berjalan, karena yang beli hanya teman per teman atau sesama pedagang tanpa ada dari petani,” jelas Sukron.
Begitu juga harga sapi, limounsin umur 12 bulan yang sebelumnya harga jualnya mencapai Rp13 juta per ekor, hari ini turun menjadi Rp12 atau Rp 11,5 juta per ekor karena pembelinya kurang. Akibatnya jumlah hewan yang dibawa pedagang juga menurun.
“Memasuki musim tanam, petani di Banyuwangi biasanya berbondong-bondong datang ke pasar hewan menjual hewan ternaknya, lalu saat panen mereka beli lagi. Tetapi karena bulan ini masih musim panas, semuanya berubah drastis,” bebernya.
Koordinator Pasar Umum dan Pasar Hewan Glenmore, Slamet Budiyono saat dikonfirmasi membenarkan keterangan tersebut. Menurutnya, imbas akibat lesunya perekonomian saat ini paling dirasakan oleh Pasar Hewan.
“Untuk di Pasar Umum, lemahnya perekonomian saat ini imbasnya hanya dirasakan oleh pedagang, sedangkan untuk PAD dari penarikan restribusi di Pasda Glenmore relatif normal,” urai Slamet Budiyono.
Sedangkan PAD dari penarikan restribusi di Pasar Hewan Glenmore yang buka setiap hari Jum’at, seperti hari ini, mengalami penurunan hingga 60 persen.
“Dalam beberapa pekan terakhir, imbas dari lesunya perkenomian saat ini jumlah hewan yang datang di Pasar Hewan Glemmore menurun rata-rata 30 hingga 50 persen, tiap hari pasaran. Namun hari ini sangat fatal, penurunanya mencapai 60 persen,” Keluh Slamet Budiyono pada Filesatu.co.id. (Kur).