Filesatu.co.id, Banyuwangi | Begitu banyak tempat Wisata maupun kafe and resto di daerah ujung timur pulau Jawa ini. Serasa hampir setiap sudut di kabupaten Banyuwangi ini ada tempat tempat wisata bagus dan indah.
Didukung objek view alam serta suasana iklim yang pas sehingga cocok untuk dibuat berbagai macam usaha pariwisata juga kuliner.
Menariknya lagi, di daerah Banyuwangi bukan hanya tempat alami saja yang bisa dijadikan area objek wisata maupun kafe, tempat lahan kosong pinggiran sungai, sawah maupun bukit sekalipun bisa dijadikan tempat wisata.
Seperti tempat milik warga desa Purwodadi kecamatan Gambiran ini, dulu lahannya hanya dibuat tempat pembuangan sampah oleh keluarganya. Lewat sentuhan tangan dingin peracik wisata, kini disulap menjadi tempat kafe klasik bernuansa Afrika dibalut kejawen (Jawa – Afrika).
Dengan lahan seluas 1/4 hektare, ada tumbuhan bambu sekitar pinggir sungai dipadukan ornamen kayu sedikit diwarna kombinasi batik khas Afrika serasa sempurna untuk tempat tongkrongan, healing maupun sekedar weekend bagi kaum apapun bahkan layak dijadikan tempat paling asyik di Banyuwangi.
“Dulu area ini semak belukar dan hanya dibuat buang sampah kecil dari keluarga besar kami, terutama Uti (ibu) saya, sekarang seperti yang mas lihat,” kata Arie saat menjelaskan konfirmasi media ini. Minggu ( 19/3/2023).
Dijelaskan Arie, membuat tempat mati bisa hidup ini merupakan cita dan cintanya terhadap desa kelahirannya (Purwodadi), bagaimana desa nya bisa mempunyai tempat wisata sendiri sehingga bisa perdayakan terutama warga sekitar.
Selain itu, tujuan juga tidak hanya satu tempat, namun bagaimana bisa mempunyai banyak tempat wisata agar para wisatawan bisa dibuat destinasi ke tempat lainnya.
“Dari satu tempat yang ada di Desa Purwodadi, kita juga rencana adakan tempat lainnya, jadi wisatawan tidak bosan dalam sehari masuk ke desa Purwodadi ini, karena bisa dua atau tiga tempat wisata, ini menguntungkan semua pihak, roda perekonomian berjalan semua, seperti UMKM dan lainnya,” jelas Arie yang juga sebagai pencipta wisata Kampung Primitif sempat viral di tahun 2020 lalu.
Pria asik yang diangkat menjadi ketua Pokdarwis desa Purwodadi kecamatan Gambiran ini juga dipercaya untuk mengelola sekaligus mengembangkan wisata Buah Melon di jalan raya desa Purwodadi milik seorang dokter pengusaha besar di bidang Kuliner di Banyuwangi.
Pengerjaan yang hampir tuntas tinggal menyisakan sekitar 20% finishing selanjutnya siap dilaunching.
Rencananya di wisata buah Melon selain sebagai destinasi wisata desa Purwodadi juga Destinasi wisata menuju pantai selatan Banyuwangi ” wisatawan lokal maupun nasional bisa singgah di wisata Melon, istirahat di Banglo sambil menikmati pemandangan sawah yang bagus,” ujar Arie.
Mekipun belum selesai, lanjut Arik, kedua tempat wisata tersebut sudah bisa dan sering digunakan untuk kegiatan acara resmi maupun hanya sekedar buat nongkrong.
“Sering di pakai acara rapat, senam bagi penggiat PKK desa Purwodadi, kita pun juga sudah menyediakan beberapa makanan sesuai pesanan,”kata Arie.
Untuk perlu diketahui, Uti Javanese Food hampir semua menggunakan bahan alami era Tempo dulu, seperti tempat memasak yang masih pakai Luweng, kemudian bahan bakarnya dari kayu kering.
Bambu masak juga dari tumbuhan alami sekitar, pokoknya tidak menghilangkan gaya tempo dulu semua dipakai selagi bisa digunakan.