Filesatu.co.id Kabupaten Malang | Pandemi covid 19 yang mendera kehidupan berbangsa sejak 3 tahun yang lalu, meluluhlantakan semua aspek kehidupan, tak terkecuali didunia seni teater tradisi yaitu ludruk. Semua seniman mengalami dampak, dari dampak ekonomi karena larangan manggung ataupun dampak ekologis, banyak seniman mengalami kebangkrutan dan stres karena covid 19. Denyut kehidupan seni budaya seakan mengalami nazak kematian.
Kuatnya keinginan terus hidup dan menolak tumbang, seniman ludruk di kabupaten Malang mencoba bertahan dan mengumpulkan semangat untuk terus bisa berkarya. Dan dimasa pandemi yang belum tentu serta sudah mulai longgarnya peraturan PPKM di wilayah Jabung, semalam sebuah pertunjukan seninteater tradisi Ludruk digelar oleh warga dusun Gasek Kulon, Desa Gading Kembar kecamatan Jabung, kabupaten Malang dalam nuansa hajat pernikahan, kamis malam 16/12/2021.
Ditangan dingin Cak Ngatemo warga Asri Katon, Pakis Kabupaten Malang para seniman ludruk dikordinir dan dikumpulkan dalam sebuah wadah seni ludruk yang dinamai Asri Budaya.
“awalnya karena keprihatinan saya melihat banyak teman teman ludruk yang nganggur karena covid, akhirnya saya berusaha mengumpulkan dan mencarikan job manggung” ujar Cak Ngatemo disela kesibukan belakang panggung.
Cak Ngatemo juga mengatakan para pemain ludruk yang dikordinir dalam wadah grupnya ini, semua adalah pemain senior dalam dunia ludruk. Para pemain dari berbagai daerah di Malang Raya, yaitu Gondang legi, Tumpang, Njarsari, Singosari, Ndau, Karangploso.
“hampir semua teman teman yang saya kumpulkan sudah berumur diatas 50 an, dan semua adalah pemain senior di dunia ludruk dari Malang Raya, juga ada yang dari Banyuwangi ” tuturnya dengan didampingi beberapa pemain ludruk.
Seni teater tradisi ludruk memang mengalami pasang surut, dan pandemi menjadikan semakin berat bagi kehidupan kesenian ini. Mbok Riyanti salah satu pemain senior grup ludruk ini menceritakan.
“Saya sudah sejak lulus sekolah SMA ikut ludruk, sekarang saya berumur 57 tahun, banyak cobaan mas ikut kesenian. Sepinya tanggapan hingga tidak bisa mendapat kan pekerjaan diluar seni ini” ujar Mbok Riyanto yang punya nama asli Riyanto ini.
Pemain tandak ludruk asli Ndau, Kabupaten Malang ini merupakan pemain paling sepuh dan berpengalaman dalam dunia peran ludruk. Mbok Riyanti menuturkan bahwa seniman ludruk harus serba bisa dan siap diperankan apa saja oleh sutradara.
“setiap pemain, harus bisa macak sendiri, karena dalam grup tidak ada juru riasnya, jadi ya saya belajar sendiri dan semua bisa” ujarnya menceritakan pengalamannya.
Ditemui secara terpisah, Pak Jupri Kawi sutradara ludruk kawakan menceritakan kepada filesatu.co.id bahwa pemain ludruk berbeda dengan seniman peran lainnya. Setiap pemeran ludruk mempunyai skil peran apapun.
“seperti tanggapan malam ini, nanti akan memainkan lakon Joko Berek, dan pemain sudah tahu adegan ataupun dialok yang akan di mainkan,” ujar Sutradara ludruk kelahiran Sidorejo, Pagelaran Gondanglegi ini.
Jupri menerangkan bahwa untuk tanggapan malam itu, para pemain tidak berlatih dahulu, dan hal ini menurut dirinya sudah lumrah,karena setiap pemain ludruk sudah bisa dan mampu membawakan peran hanya dengan dikasih tahu dapukannya saja.
“Dialog mereka improf sendiri, yang jelas mereka sudah tahu alur cerita dan pasti semua bisa memainkan setiap peran yang saya ajukan pada tiap pemain,” tambahnya sembari menulis alur cerita dalam kertas karton.
Melihat kecakapan inilah, menjadi alasan keluarga Kosi’in menjatuhkan pilihan menanggap grup Ludruk Asri Budaya.
”Ini adalah ujar (janji) saya mas, saya pernah ngomong kalau diberi kesehatan dan bisa menyaksikan cucu menikah akan saya tanggap ludruk, Alhamdulillah cucu saya Amelia Kimia Putri menikah” Ujar Kosi’in warga yang punya hajat.
Kosin, juga menjelaskan bahwa selain janji dalam memilih kesenian ludruk untuk hiburan dalam hajatan pernikahan cucunya, juga karena dorongan keluarga dan rekomendasi adiknya yang memang teman dari ketua grup ludruk Asri Budaya ini.