Filesatu.co.id, TANGERANG | TUDUHAN viral yang menimpa Ismet Saputra Wijaya, anak pasien Rita Binti Yarob, dan Dokter Syahpri Putra Wangsa dari RSUD Sekayu Musi Banyuasin, menimbulkan kegaduhan nasional. Ketua Umum Forum Wartawan Jaya (FWJ) Indonesia, Mustofa Hadi Karya atau Opan, menyatakan hal itu dalam konferensi pers di Tangerang, Selasa (19/8/2025).
Konferensi pers bertema “Mengubur Opini Liar, Ungkap Kebenaran” bertujuan memberikan edukasi dan kajian mendalam tentang insiden tersebut. Opan menjelaskan bahwa peristiwa di RSUD Sekayu pada 12 Agustus 2025 menjadi perhatian bersama, bahkan melebihi kasus dugaan ijazah palsu Jokowi.
“Banyak pihak terlibat membangun opini liar dan pernyataan yang kurang bijak, mendorong narasi tak elok dan membuat situasi semakin memanas,” kata Opan.
Opan menyayangkan pernyataan dari Menteri Kesehatan, pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pejabat publik Musi Banyuasin, dan tokoh lainnya yang melakukan tuduhan tak objektif.
“Apakah RSUD Sekayu, Dokter Syahpri, dan pihak terkait mengharapkan tontonan publik yang buruk dan prinsip ‘No Viral No Justice’?” sindir Opan.
Opan menduga ada upaya besar dari pihak-pihak tertentu untuk mengambil momen dari insiden ini demi memulihkan nama baik RSUD Sekayu dan mencitrakan pejabat publik.
“Kami menduga ada pengarahan dari ‘arah kanan dan kiri’ untuk pencitraan pejabat publik, IDI, dan RSUD Sekayu yang selama ini diduga kuat tidak menjalankan SOP. Mereka memutarbalikkan fakta keadaan,” ungkap Opan.
Opan menekankan bahwa kasus antara Dokter Syahpri dan Ismet harus diselesaikan secara bijak. Publik perlu melihat dari dua sisi agar tidak menuding salah satu pihak bersalah. Opan juga membenarkan bahwa Ismet adalah jurnalis dan anggota aktif FWJ Indonesia.
Insiden ini berawal dari perseteruan keluarga pasien dengan pihak RSUD. Sebuah video viral setelah diunggah seseorang di media sosial. Video itu memperlihatkan Dokter Syahpri yang diduga mengalami intimidasi dari keluarga pasien, termasuk desakan untuk membuka masker.
“Ismet menyampaikan bahwa tindakan itu terjadi dalam kondisi psikis yang penuh tekanan. Keluarga menunggu kepastian diagnosis sejak 8 hingga 12 Agustus 2025,” ujar Opan.
Opan mengatakan bahwa viralnya nama Dokter Syahpri bukan inisiatif dari keluarga pasien. Unggahan video diduga berasal dari akun media sosial “Mimin Sekayu” yang terafiliasi dengan pihak rumah sakit.
Advokat FWJ Indonesia, Daniel Minggu, SH., menegaskan bahwa pihak keluarga meminta akses rekaman CCTV. Namun, pihak RSUD Sekayu mengatakan rekaman CCTV rusak karena tersambar petir.
“Jika benar CCTV rusak, ini menunjukkan kegagalan sistem keamanan dan transparansi. Hal ini seharusnya menjadi objek penyelidikan polisi,” kata Daniel.
Daniel menyoroti bahwa penegakan hukum tidak boleh bergantung pada viralitas, melainkan pada asas Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan Hukum (KKM).
Keluarga pasien, melalui perwakilannya Ismet Saputra Wijaya, membantah isu yang menyebutkan mereka mengaku sebagai kerabat Bupati Musi Banyuasin, Toha Tohet.
“Kami menolak tegas tuduhan tersebut. Kami hanya masyarakat biasa yang berobat ke RSUD Sekayu,” tegas Ismet.
Keluarga berharap klarifikasi ini menghentikan isu liar dan mengembalikan fokus pada kesembuhan pasien.***



