Filesatu.co.id, Malang | Malang berduka, Dunia sepak bola Indonesia berduka cita. Kompetisi Liga 1, Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan membawa duka kematian puluhan suporter setia Aremania, Kanjuruhan kabupaten Malang, Minggu (1/10/2022).
Baca Juga : Jenazah Supporter Arema Tanpa Identitas Dibawa Ke Rumah Sakit Saiful Anwar
Pertandingan yang berakhir atas kekalahan Arema kalah dari Persebaya 2-3, membuat sebagian suporter marah, turun ke lapangan. Dari sinilah kerusuhan menjadi huru-hara yang menewaskan sedikitnya 134 orang.
Tembakan gas air mata, menjadi pemicu kepanikan suporter yang menimbulkan kepanikan, dan jatuhnya korban akibat terinjak injak dan pingsan akibat gas air mata.
“Akibat tembakan gas air mata tersebut, banyak suporter yang mengeluh sesak nafas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion” Dikutip dari Antara, hingga Minggu dini hari (2/10/2022) sekitar pukul 00.23 WIB dinihari,
Ini merupakan jumlah korban kerusuhan sepak bola terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia. Bahkan, sangat mungkin jumlah ini merupakan yang terbesar dalam sejarah kerusuhan sepak bola di seluruh dunia.
Jumlah korban akibat kejadian ini masih sangat mungkin bertambah, karena sampai pagi ini masih tercatat 180 orang dirawat di rumah sakit.
Tragedi Kanjuruhan ini jauh lebih mengerikan dari tragedi Heysel di Brussel, Belgia saat pertandingan final Piala Champions antara Juvenetus melawan Liverpool, yang dimenangkan oleh Juventus dengan skor 1-0. Tahun 1985 yang lalu.