Masyarakat Singosari Menepis Kekumuhan dengan Karya Seni Mural

Filesatu.id, Kota Malang |Pesisir sungai Kauman atau lebih dikenal Galeri Pinggir Kali (GPX) yang berhadapan dengan pasar burung Singosari, pagi ini hiruk pikuk ramai oleh seniman Mural Malang Raya. Sabtu (12/3/2022).

Tembok sepanjang jalan Raya Kauman menjadi media para seniman dalam mempercantik lingkungan dengan goresan karya mural. Kompetisi Mural ini digelar oleh masyarakat Singosari dan Lesbumi Singosari dalam memperingati hari Bumi 2022.

Bacaan Lainnya

Mural Competition  memperingati hari bumi 2022  Kauman ini di ikuti oleh 30 seniman mural semalang Raya. Kompetisi ini di mulai pukul 08.00 hingga 16.00 wib.

Khoirul Anam, selaku Wakil Ketua Panitia saat ditemui disela kegiatan pagi itu mengungkapkan kegiatan ini adalah awal lesbumi berkolaborasi dengan warga dalam merawat lingkungan.

“ini merupakan kegiatan awal Lesbumi yang baru saja terbentuk Februari kemarin, sebelumnya kita mengawali dengan mengumpulkan seniman budayawan se Singosari, nah, berawal dari situ kita bertemu dengan banyak kawan-kawan yang peduli dengan singosari” ungkap Khoirul Anam yang juga sekretaris Ansor Singosari ini.

Filesatu.co.id, foto: Khoirul Anam Wakil Ketua panitia.

Khoirul menambahkan bahwa kegiatan mural pagi itu murni keinginan warga, dan Lesbumi memfasilitasi kegiatan ini.

“Dalam kompetisi Mural ini Lesbumi hanya sebagai fasilitator saja, Lesbumi menfasilitasi keinginan warga dan tidak berhenti di Mural ini saja, kita bersama warga kedepan juga akan merawat sungai ini, biar nanti kedepan bisa di nikmati oleh banyak orang dan layak di kunjungi, harapan bersama kesan kumuh di Singosari tidak ada lagi” lanjutnya.

Khoirul bersyukur acara Mural dalam memperingati Hari Bumi ini mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak.

“Alhamdulillah, musti ini awal kegiatan Lesbumi bersama masyarakat semua pihak mendukung, dari Muspika Singosari Pak Camat, Polsek, Koramil, Kodim Singosari semua mendukung, termasuk kelurahan Pagentan. Meskipun begitu kita tetap menerapkan protokol kesehatan untuk para peserta dan panitia,” tegasnya.

Kompetisi Mural yang diselenggarakan hari ini tidak ada biaya pendaftaran, meski begitu Panitia tetap menentukan kualitas mural yang akan di aplikasikan di tembok sepanjang jalan Raya Kauman ini.

“kita seleksi sketsa yang masuk dari 35 pendaftar, ada 18 sketsa yang masuk dan nanti panitia juga menyiapkan juri yang berasal dari teman teman seniman senirupa dan panitia” terangnya

Ketua MWC NU Singosari, Muhammad Firdaus dalam sambungan whatsaap menyampaikan apresiasi dan dukungannya kepada kegiatan Lesbumi.

“LESBUMI tetap istiqomah mengawal budaya positip Indonesia sesuai dengan visi misi & tujuan NU sebagai Organisasi Keagamaan Sosial Budaya Masyarakat” tulisnya

Gus Firdaus juga menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah sumbangsih NU atau Lesbumi untuk warga, dan dirinya berharap masyarakat senang dan gembira atas kegiatan kolaborasi ini.

“Sing penting tujuane sae…
Ini salah satu sumbangsih NU kepada masyarakat melalui Lembaganya yang bernama LESBUMI…Semoga masyarakat senang & terhibur…Pun ngoten mawon…” pungkasnya dalam pesan whatsaap.

Antusias para seniman sangat besar, dalam pantauan Filesatu banyak seniman mural dari wilayah luar singosari yang ikut, salah satunya adalah Oktavia Ratna bersama dua temannya dari DKF Universitas Negeri Malang.

Oktavia Ratna pagi itu menggoreskan kuas dan cat tembok di space nomer 9 dari 21 space berukuran 2,5 meteran ini. Mahasiswa UNM ini dalam mural ini membawa konsep budaya singosari saat ini.

“Kemarin kita sempat brosing wilayah ini, selain candi banyak masyarakat yang jualan sapi, maka kita masukan hewan hewan, ada kambing, sapi, kucing dan lainnya. Selain itu ada laki laki dan perempuan sebagai konsep keberpangsungan alam ini” ungkap perempuan berkerudung ini.

Oktavia dalam menggambar ini bersama dua temannya Faris Aziz dan Zidan, mural mereka berjudul Nandur Becik Cukul Apik.

Berbeda dengan mahasiswa UNM ini, Setiyo Hadi (Tiok) salah satu seniman dari Tunjung Tirto Singosari, dirinya menampilkan Budaya tradisi dalam lukisan muralnya. Sebuah seni tradisi Bantengan dan kuda lumping apik dengan warna dasar hitam.

“Saya mengangkatnya memang seni budaya, karena Singosari sendiri kental dengan seni budaya, dan saya berharap seni budaya tetap lestari di Singosari” ungkap seniman yang beralamat di Bunder RT 04 RW 01 nomer 22 ini.

Mural Kompetition yang diselenggarakan Lesbumi Singosari ini juga mendapat suport dari TAM Grup, Aqua, 76 Heppii, Agung Sejahtera Motor, Galeri Pinggir Kali (GPX), media Time Indonesia, Kaos Kaoz, Sambel Uleg, Alami Bird Care serta Gacor Singosari.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *