Wisata pertanian desa Sidirejo , Photo : Asat
FILESATU.CO.ID, KABUPATEN MALANG– Desa harus jadi kekuatan ekonomi, agar warganya tak hijrah ke kota. Sepinya desa adalah modal utama, untuk bekerja dan mengembangkan diri. Walau lahan sudah menjadi milik kota, bukan berarti desa lemah tak berdaya. Desa adalah kekuatan sejati, Negara harus berpihak pada para petani
Inilah sebagian lirik lagu “Desa” ciptaan Iwan Fals, yang menggambarkan bahwa desa adalah tonggak pembangunan negeri ini. Dengan melihat lirik lagu ini kita bisa memahami bahwa negara Indonesia adalah negara agraris dengan hamparan sawah ladang di pedesaan yang menjadi tonggak pertahanan ekonomi dan ketahanan pangan masyarakat Indonesia.
Begitu pentingnya desa maka tak mengherankan pemerintah negeri ini menggelontorkan triliyunan dana untuk pembangunan desa, dengan program dana desanya.
Pembangunan dan Pertumbuhan ekonomi masyarakat desa menjadi pemikiran petinggi negeri ini, dan sejak tahun 2015 dana desa dikucurkan ke seluruh kota/kabupaten di wilayah Indonesia. Salah satu bentuk pemanfaatan dana desa adalah dibentuknya Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Selain diperuntukan agar dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan, juga digunakan untuk pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu wilayah dengan dengan potensi alam dan pertanian di Kabupaten Malang adalah Wilayah Kecamatan Jabung dengan 15 desa. Diantaranya desa Kemiri, Kenongo, Slamparejo, Gading Kembar, Gunung Jati, Taji, Ngadirejo, Sidomulyo, Ngadirejo, Sukolilo, Kemantren, Jabung, Sidomulyo, Sukopuro dan Pandansari. Desa-desa tersebut banyak menyimpan potensi peternakan, pertanian, budaya, serta sumber daya alam. Salah satu desa yang berhasil dalam mengangkat potensi desanya dalam segi pertanian adalah desa Sidorejo.
Baca Lainnya : Bersama Panglima TNI, Kapolri Tinjau Pos Penyekatan Merak-Bakauheni
Dengan Bumdes, Desa Sidorejo ini mampu mengangkat potensi pertaniannya. Desa yang mempunyai wilayah hampir 80 persen lahan pertanian padi dengan hamparan 100 hektar, menjadi menjadi awal pemikiran didirikannya Bumdes Desa Sidorejo di Kecamatan Jabung untuk membangun dan memaksimalkan lahan pertanian sebagai modal ketahanan ekonomi desa.
Seperti yang di kemukakan oleh Arif Yulfan, ketua Bumdes Sidorejo saat ditemui filesatu.co.id. “Dengan melihat potensi pertanian serta masyarakat Sidorejo yang mayoritas berprofesi sebagai petani padi, maka dari sanalah program Bumdes Sidorejo berjalan,” terangnya.
“Karena mayoritas pekerjaan warga Sidorejo adalah petani, dan mayoritas petani Sidorejo adalah penanam padi, jadi jarang sekali petani yang menanam selain padi. Akhirnya Bumdes Sidorejo Mandiri itu tidak mau merubah pola yang sudah ada di masyarakat Sidorejo,” ujar Pria gondrong ini memulai wawancara dengan filesatu.co.id. Kamis (6/5/2021).
Meskipun baru berusia satu tahun per Juli 2020 kemarin, akan tetapi wisata desa yang dikelola oleh Bumdes Sidorejo dengan membawa nama Dewi Sri (Desa Wisata Sidorejo Indah) ramai dan bahkan menjadi trending topik di dunia wisata desa yang ada diwilayah kecamatan Jabung.
Bukan hanya di Kabupaten Malang namun juga menjadi perhatian di wilayah Malang Raya. Seperti informasi yang bisa ditelusuri lewat media social dengan hastag #dewisrisidorejo atau akun resmi Instagram Dewi Sri Sidorejo.
Wisata pertanian dengan konsep edukatif ini menjadi pilihan Bumdes Sidorejo karena melihat potensi persawahan di wilayahnya. “Awalnya kita mengambil dari hal yang paling sederhana, artinya kita punya potensi apa, ketika kita memiliki asset sawah, yah bagaimana sawah tadi tetap menghasilkan padi dan juga bisa di kunjungi,” ujarnya menceritakan awal Bumdes Sidorejo membangun Dewi Sri.
Selain itu menurut Arif Yulfan Bumdes tidak semata menata persawahan untuk dijadikan tempat wisata semata, jauh dari itu ada program dan keinginan Bumdes dalam pendampingan petani dan membuka pemikiran pada masyarakat bahwa profesi petani adalah profesi yang mulia. Arif Yulfan juga sadar bahwa hari ini, profesi sebagai petani sangat ditinggalkan oleh banyak orang terutama anak muda.
Seperti yang diperkirakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas), disebutkan bahwa profesi petani di Indonesia tidak akan ada lagi ditahun 2063. Hal tersebut berdasarkan data Bapenas yang dikutip dari media kompas (23 Maret 2021), bahwa tahun 1976 proporsi pekerja Indonesia di pertanian 68,7 persen, sedangkan ditahun 2019 turun sangat signifikan hingga 28 persen.
Ketua Bumdes Sidorejo ini juga menyampaikan, apa yang dilakukan Bumdes dengan membangun serta mengelola Dewi Sri adalah modal untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat khususnya di wilayah Sidorejo, bahwa profesi sebagai petani adalah profesi yang mulia dan sangat keren.
Ditemui secara terpisah, Kepala Desa Sidorejo, Mohamad Mundhir Ali menyebutkan bahwa pemilihan Bumdes mengusung ikon Dewi Sri adalah karena berhubungan dengan padi atau pertanian dan persawahan.
“Karena potensi Sidorejo ini kan padi, maka kita membuat ikon wisata itu Dewi Sri. Dan memang lahan desa yang ada adalah persawahan yang memang disitu cocoknya untuk padi, tanahnya subur serta kedalaman lumpurnya bagus untuk menanam padi,” ungkap bapak tiga anak ini.
Lebih lanjut lagi dirinya juga menjelaskan, Bumdes Sidorejo menjadi salah satu Bumdes yang berhasil dalam mengelola wisata desa dengan membangun wisata persawahan dengan jembatan titian dari bambu sebagai daya tarik wisatawan lokal.
Selain itu, Mundhir juga menjelaskan bahwa Bumdes Sidorejo juga mengembangkan padi organik di lahan wisata Dewi Sri. Bumdes Sidorejo dengan wisata edukasi ini juga mempunyai harapan kedepannya produksi padi di wilayahnya bisa meningkat hingga 20 ton per hektar.
“Kita akan mengawali, kita akan membuat demplot bagaimana menanam padi yang bisa menjanjikan sebagai profesi petani, yang selama ini orang tidak tertarik ke pertanian, karena pendapatannya kurang. Kalau pendapatannya banyak, orang akan tertarik ke pertanian dan tidak akan menjual tanahnya,” urai Mundhir menjelaskan progress Bumdes.
Lebih dari yang disampaikan Kepala Desa Sidorejo, Arif Yulfan berharap kedepannya Dewi Sri bisa mengembangkan padi-padi endemik Indonesia, yang dinilai benihnya tidak kalah bagus dengan benih-benih padi yang kini banyak ditanam oleh masyarakat. Pria gondrong ini juga menyampaikan bahwa saat ini Desa Wisata Sidorejo Indah atau Dewi Sri ini masih menyerap sedikit masyarakat dalam pengoleloaannya.
“Memang tujuannya untuk masyarakat, tapi memang nyuwun sewu, saat ini Dewi Sri memang masih wisata desa, belum desa wisata. Ketika target itu sudah tercapai, maka semua masyarakat Sidorejo akan terlibat, entah itu Homestay, entah itu jualan dagangan ikonik. Diawal ini keterlibatan masyarakat masih disekitar titik Dewi Sri. Yang parkir masyarakat, yang jualan masyarakat, dan caffe itu juga masih warga Sidorejo sendiri” ungkapnya menutup wawancara.
Laporan: Nasai