Filesatu.co.id, Kabupaten Malang | Pengajian Akbar menjadi rangkaian puncak peringatan bersih desa dan grebeg suro desa kuno Blandit, Wonorejo Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Pengajian dengan penceramah KRT. Kh Musyrifin PRB ini bertempat di punden desa, lokasi bedah krawang Blandit yaitu Buyut Bor atau Burhanudin. minggu (31 juli 2020).
Desa Blandit sendiri adalah desa kuno, yang dahulu bernama Walandit dan kini Wonorejo yang masuk kecamatan Singosari kabupaten Malang . Dalam sejarahnya desa Blandit atau Walandit ini sudah ada jauh sebelum kerajaan Majapahit berdiri. Sebuah desa dilereng tengger tempat dimana prasasti Muncang berada dan diketemukan tahun 1913. Prasasti Muncang sendiri bertahun 866 caka atau 944 Masehi.
Dan momen bulan suro penanggalan jawa, masyarakat kembali uri uri dan mengingat leluhurnya dengan berbagai macam cara dan kegiatan. Salah satunya adalah kirim doa kepada leluhur hingga pembacaan sanad bedah karawang desa, serta ritual ritual keagamaan dalam balutan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa.
Peringatan Grebeg Suro dan Bersih Desa Blandit, Wonorejo ini diisi berbagai kegiatan dari pagi hingga malam hari. Masyarakat setempat melantunkan ayat suci dengan pengeras suara di masjid ataupun mushola yang ada di Blandit. Pembacaan Alquran diawali serta di tutup dengan melangsungkan kirim doa, kepada tokoh “bedah krawang” leluhur, pendiri dusun atau desa, tokoh dan ulama agama penyebar Islam, hingga doa untuk arwah dari semua warga desa Wonorejo.
Sebelum acara puncak pengajian akbar pada malam hari, masyarakat Blandit melakukan ritual Jabutan keliling desa. Berbagai macam Gunungan yang disusun dari berbagai macam hasil bumi menjadi tontonan masyarakat Blandit, dan bahkan banyak dari penonton yang berasal dari luar Wonorejo.
Gunungan pun dikarak dan kirap keliling desa, dimulai di Lapangan desa Wonorejo hingga finis di RT 7 RW 5 Dusun Blandit Timur, desa Wonorejo kecamatan Singosari, yaitu didepan kediaman Samsul Hadi, kepala desa Wonorejo.
Salah satu warga, Slamet Wahyudi mengungkapkan ritual Jabutan dan kirap gunungan diwilayahnya sudah turun temurun dari dulu.
“Jabutan sudah di laksanakan mulai dari jaman leluhur dulu, saya harap acara ini terus dilaksanakan supaya tiap tahun ada biar tidak hilang” ungkap Slamet
Dirinya juga mengakui selalu hadir dan menonton kegiatan yang Slamet nilai sebagai salah satu kearifan lokal yang ada di desa Wonorejo.
“Kirab Jabutan nanti diberangkatkan tepat pukul 13.00 WIB, saya nunggu disini saja, momen Jabutannya nanti disini” tutur Slamet kepada media ini.
Acara yang dinanti nanti ribuan masyarakat yang memadati jalan desa Wonorejo ini adalah ritual Jabutan, namun sebelum itu Gunungan berbagai rupa yang sudah dikirap keliling desa, terlebih dahulu didoakan dan ujub oleh Mbah Dolah, tetua adat desa Blandit, dan setelah ujub selesai, masyarakat langsung berebut dan menjabut hasil bumi yang ada di gunungan itu.
Itulah rangkaian bersih desa dan grebeg suro desa blandit dari pagi hingga sore hari, dan malamnya adalah penutup serta puncak grebeg suro yaitu Pengajian Akbar yang bertempat di makam Buyut Bor atau Buyut Burhanudin.
Mauidoh hasanah dibawakan oleh KRT. KH Musyrifin PRB, beliau selaku pendiri bengkel akhlak Padepokan Bumiaji Panatagama yang beralamat di Jalan Masjid An Nur No.44B, RT.04/RW.05, Bumiaji, Kec. Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Dai yang dikenal menyukai ziarah punden dan kramatan ini dihadapan masyarakat Blandit dirinya memulai ceramahnya dengan memaparkan keistimewaan bulan suro.
Dan yang menarik dari isi ceramahnya adalah paparan tentang siapakah Buyut Bor sebenarnya. Tokoh yang diyakini sebagai bedah kerawang desa Blandit Wonorejo ini.
“Buyut Burhanudin adalah merupakan salah satu Waliyullah yang berada di Malang, diriwayatkan Buyut Burhanudin adalah salah satu putra dari Prabu Brawijaya V” terang Musyrifin tanpa menerangkan dari kitab apa data itu dirinya dapat.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan Buyut Bor merupakan putra ke 35 dari Prabu Brawijaya yang bernamakan Jaka Balut atau Raden Kidangsoka.
“Beliau mendirikan suatu padepokan atau pesantren di daerah Walandit atau Wonorejo sekarang, beliau wafat pada tanggal 3 bulan suro tahun 1549” terangnya.*