Filesatu.co.id, Banyuwangi | Ketika perekonomian masyarakat masih dalam kondisi ‘tidak baik baik saja’, masih cerai berai dampak dari pandemi yang berkepanjangan, ada segelintir oknum Borjuis yang tega memanfaatkan kondisi ini untuk memperoleh keuntungan demi memperkaya diri sendiri. Kamis (8/12/2022).
Sering disebut Koperasi mingguan atau Bank Thitil, mereka datang bak dewa penyelamat dengan menawarkan bantuan keuangan pada masyarakat. “Kami yang memang awam tadinya merasa terbantu dengan pinjaman ini, tak tahunya akhirnya kami terjerat lebih dalam dan sangat dalam,” ungkap NN, salah satu warga Desa Siliragung korban Bank Thitil.
“Kami diberikan pinjaman dengan potongan admin dan bunga tinggi, selanjutnya bila pada saatnya angsuran kami belum bisa mengangsur atau jumlah angsuran kami kurang, mereka ini menyuruh kami untuk pinjam lagi pada teman mereka yang katanya lain Koperasi, untuk membayar angsuran,” tambahnya.
Menyikapi fenomena ini, beberapa tokoh muda Dusun Tegalwagah, Desa Siliragung merasa prihatin. Mereka menggandeng KPK Independen (Kontrol Publik Kebijakan Independen) DPD Banyuwangi untuk bersama mencari solusi dari permasalahan tersebut.
“Bank Thitil ini merupakan lingkaran setan, mereka secara bersama sama berupaya menjerat nasabahnya dengan tehnik terstruktur, yang endingnya membuat nasabahnya terutama ibu ibu ini terjerat pinjaman yang jumlahnya fantastis. Masalah timbul setelah ibu ibu ini gagal bayar, mereka mulai arogan, anarkis dan menghalalkan segala cara untuk menagih,” kata Rocky J Sapulette, Ketua DPD KPK Independen Banyuwangi.
Ditemui di tempat lain, Handoyo, salah satu perwakilan pemuda Dusun Tegalwagah, Desa Siliragung pada wartawan mengatakan “Kami tawarkan solusi yang menurut kami terbaik bagi kedua belah pihak, diantaranya kami melarang adanya transaksi pinjaman baru. Hal ini penting agar pinjaman ibu ibu ini tidak terus bertambah. Kedua kami meminta bunga pinjaman dihapus, anggap saja ini ibu ini saat ini dalam kondisi koleps,” jelasnya.
Handoyo juga menyampaikan dirinya menjamin ibu ibu ini bakal mengembalikan semua pinjaman mereka “Yang namanya hutang pasti dibayar, cuma yang kami minta jangan lagi ada penekanan dan arogansi, serta ibu ibu ini meminta waktu sampai mereka bisa melunasi. Menurut kami itu solusi terbaik,” tambahnya.
Senada dengan hal itu, Dedy Suryanto yang juga salah satu tokoh muda Dusun Tegalwagah, Desa Siliragung menambahkan “Jika mereka para petugas Bank Thitil ini menerima apa yang kami ajukan, semua akan baik baik saja, tapi jika kami masih menemukan arogansi dan anarkisme, Lo jual gua beli,” tegasnya.
Memang tidak bisa dipungkiri, kehadiran Bank Thitil di tengah masyarakat memang terbukti meresahkan, selayaknya pihak pihak terkait segera melakukan langkah langkah agar masyarakat tidak terjerat dengan ‘Lingkaran Setan’ yang diciptakan Bank Thitil. (Adi).