Filesatu.co.id, Kabupaten Malang | . Kabar kebangkitan grup Topeng Kranggan membuat kebahagian tersendiri bagiku. Karena 5 tahun yang lalu, saat masih suka blusukan ke grup topeng di Malang Raya, Topeng Kranggan sudah fakum dan tidak ada yang meneruskan. Kabar ini kembali aku dengar beberapa bulan yang lalu dari Mas Widartika seorang penari topeng yang ada di Kepanjen.
Saat pertama dirinya mengabarkan hal ini, saya hanya bisa ucapan kegembiraan atas kabar Topeng Kranggan kembali latihan, tanpa bisa datang melihat langsung keceriaan masyarakat kranggan menarikan topeng Kranggan.
Mas Widartika selalu menginfokan kegiatan latihan tari topeng kranggan, yang kini dikuati oleh anak anak muda, terutama putra pertama dari mendiang Mbah Kasiman ketua grup topeng Kranggan terdahulu.
Seingatku hampir 3 tahun ini Topeng Kranggan mulai kembali latihan dan menggelar gebyak. Namun, situasi pandemi menjadikan ku lupa, serta minimnya publikasi Kebangkitan Topeng Kranggan, membuat banyak orang tidak tahu informasi semangat anak anak muda desa Kranggan dalam menghidupkan kembali seni budaya topeng di wilayahnya.
Topeng Kranggan kecamatan Ngajum, kabupaten Malang ini mungkin bisa dibilang berbeda dengan seni topeng Malang yang berada tak jauh dari wilayahnya, yaitu Pakisaji. Karena Topeng Kranggan tiap gelarannya selalu memakai lakon Purwo (Mahabarata/Ramayana), dalam gerak tariannya juga banyak perbedaan. Meski begitu, dahulu saat sowan ke sesepuh Kranggan, Almarhum Mbah Kasiman mengatakan banyak topeng yang dipesan dari Pakisaji, buatan mbah Karimun.
Semangat kembali menghidupi kesenian ini berawal dari kepulangan Arif Dwi Cahyono putra pertama Mbah Kasiman. Kepulangam dirinya dari tanah para Warok ini karena Mbah Kasiman sedang sakit, dan hingga beliau wafat ditahun 2019 yang lalu.
Selama dirinya berada di Kranggan dalam masa berkabung inilah, Arif didatangi sesepuh Topeng Kranggan dan memintanya untuk menghidupkan kembali Topeng Kranggan. Sejak itulah Arif mulai mengumpulkan anak anak muda yang ingin belajar Topeng.
“setelah Bapak meninggal saya ditemui pak Dasiyo, beliau meminta menghidupkan seni topeng, saya pun setuju” kisah Arif menceritakan kejadian saat itu.
Saat itu, dirinya belum terlalu fokus di Kranggan, karena masih harus mengurus pekerjaan di Ponorogo. Meski begitu di kediamannya di jalan Sailendra no. 12 RT 01/03 Kranggan, kecamatan Ngajum, Kab. Malang ini, tiap sabtu malam, sudah mulai rutin pemuda pemudi yang berlatih tari topeng.
Pak Dasio dan Pak Kasimun lah yang melatih tari topeng pada awal awal itu. Dan ketika sudah mulai banyak anak muda Kranggan yang belajar, Pak Slamet dari Pakisaji ikut membantu melatih. Gelora menguri uri seni budaya topeng masyarakat Kranggan ini tak berselang lama dengan kebangkitan Topeng Lowok, tetangga desa kranggan yang mulai berlatih duluan.
Masyarakat Kranggan sangat mendukung anak-anak muda berlatih Topeng, hal ini dibuktikan dengan mereka iklas iuran mengumpulkan dana untuk membantu melengkapi kebutuhan grup Topeng Kranggan yang saat ini diberi nama Grup Sailendra.
“tiap minggu masyarakat satu RT mengumpulkan uang untuk beli kekurangan topeng, kemarin baru beli gong mas dari uang itu” ungkap Widartika kepada penulis.
Dengan bantuan Widartika lah penulis bisa mendapatkan nomer telpon Arif Dwi Cahyono, putra Alm Mbah Kasiman yang kini mendapat sampur keberlangsungan Topeng Kranggan. Penulisnpun langsung menghubungi dan berkenalan.
Dalam sambungan telpon ini, banyak informasi tentang Topeng Kranggan saat ini. Fakta bahwa topeng topeng Kranggan masih lengkap, hingga saat ini Arif bersama warga mulai membuat rapek rapek baru untuk mengganti rapek kuno yang mulai rusak.
“ada sepuluh topeng yang rusak, dan saya berusaha membuat lagi untuk gantinya, yang 30 lainnya kondisinya baik” ungkapnya dalam sambungan telp.
Dirinya melanjutkan, saat ini sudah ada 5 rapek buatan baru dan tentang pembuatan topeng dari kayu kembang sebagai ganti topeng yang rusak.
“rapek baru sudah ada lima, saya juga mencoba menduplikat topeng kuno dengan membuat sendiri ssbisa mungkin, saya buatnya pakai karter mas” tuturnya mengisahkan.
Aris Dwi Cahyo juga menceritakan bahwa masih banyak sepuh yang ikut menguatkan dan menghidupi topeng Kranggan selain para remaja di kampungya.
“Generasi senior yang ikut latihan ada Pak Dasiyo, Pak Kasimun, Pak Wirawan, Pak Sukarji, dibantu juga Jiko, Widyatika ada lagi keponakan saya Nia Ramadani” ujarnya.
Saat penulis menanyakan sudah pernah digebyak, Arif menceritakan sudah kemarin pada bulan maret 2022, dengan membawakan lakon Wahyu Cakraningrat dengan dalang Pak Kasenam.
“sejak awal berlatih, tiga tahunan kemarin, sudah 2 kali gebyak mas, tanggal 27 maret 2022 kemarin gebyak yang kedua, lakonya Cakra Ningrat” tegas Widartika menambahkan informasi.
Arif Dwi Cahyono maupun Widartika merasa bahagia karena semua elemen masyarakat sangat mendukung lahir kembalinya Topeng Kranggan. Masyarakat yang suka rela membantu dengan patungan hingga pemerintah desa yang selalu ikut dan hadir dalam kegiatan ini.
“Pak kepala desa juga mengatakan mau menguruskan legalitas dan surat-surat topeng Kranggan kok Mas” tutur Arif ketika penulis menyarankan mengurus Nomer Induk Kesenian.
Sebelum berpamitan dan telp ditutup Arif Dwi berharap kesenian Topeng Kranggan bisa lebih maju dan berkembang serta menjadi satu kesenian yang terus bisa membawa keraketan dan keguyupan di kampungnya.
Dan setelah telp ditutup, tak berapa lama dirinya mengirim banyak dokumentasi topeng kranggan kepada penulis.