Yunus Kritik KPU Karena Tidak Menyediakan Air Minum di Acara Penghitungan Manual Kabupaten

Filesatu.co.id, Banyuwangi| Aktivis yang juga pegiat LSM, Muhammad Yunus Wahyudi kembali melakukan kritik tajam kepada lembaga pemerintah, yakni KPUD Banyuwangi.

Kritik keras dan tajam tersebut dipicu karena ketidak tersediaan air minum atau kopi bagi warga atau petugas yang ikut menyaksikan proses penghitungan manual hasil pemilu tingkat kabupaten yang diadakan KPUD di hotel El Royal Banyuwangi. Kamis (29/2/2024)

Bacaan Lainnya

Bahkan, Yunus juga mengkritik keras jika anggaran pemilu yang diberikan ke KPUD  diduga ada korupsi, hingga jatah air minum saja tidak diberikan.

Foto: Yunus menurunkan air minum kemasan dari mobil yang dia beli bersama rekan-rekan.

Melihat kondisi tidak ada air minum tersebut, Yunus bersama rekan-rekan aktivis dan wartawan berinisiatif membelikan air minum bagi mereka yang ikut menyaksikan proses penghitungan manual yang memakan waktu.

Proses penghitungan hasil pemilu secara manual tingkat kabupaten ini ditargetkan kelar selama tiga hari. Dan setiap harinya, proses penghitungan itu dimulai dari pagi hingga pukul 00. Yang dihadiri perwakilan dari partai politik peserta pemilu beserta warga masyarakat yang ingin melihat secara langsung proses tersebut.

Meski acara tersebut dilakukan di sebuah Hotel, namun sayangnya tidak disediakan air minum bagi mereka yang mengikuti prosesi tersebut, bahkan untuk aparat kepolisian yang berjaga disana.

Yunus Wahyudi yang  hadir disana langsung melakukan kritik keras dan tajam sudah membelikan beberapa dus air mineral kemasan botol dan dibagikan kepada yang hadir sebagai bentuk protes kepada KPUD Banyuwangi.

“Saya tadi malam hingga siang ini disini bersama anggota LSM, wartawan dan bapak polisi serta warga masyarakat yang datang disini tidak ada satu tetespun air, kemana uang KPU ini” ungkap Yunus berapi-api.

Selain memprotes ketidak tersediaan logistik meski sebatas air minum, Yunus juga berharap kepada para calon anggota DPR untuk tidak main-main uang dengan KPU seperti jual beli suara.

“Jangan sampai kita memilih wakil rakyat yang main uang dan tidak bisa bekerja dan hanya bisa korupsi!” seru Yunus.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *