Filesatu.co.id, Jakarta | Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, adalah suatu ungkapan yang seringkali diucapkan oleh Bung Karno Presiden Pertama RI pada setiap kesempatan, untuk mengingatkan pada setiap warga Indonesia terutama generasi muda, agar tidak mudah melupakan sejarah kehidupan bangsanya, hal ini juga terkait dengan sejarah lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI), yakni tanggal 11 September 1945 silam, menjadi momentum dimulainya siaran dari RRI, yang hingga saat ini di usianya ke 77 ini, tetap mendapat respon positif dari masyarakat di berbagai penjuru negeri. Sama halnya dengan ORARI, RRI yang menggunakan Radio sebagai media informasi sangat besar konstribusinya dalam era perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia, juga dalam menghadapi tantangan agar RRI dapat tetap eksis dalam melayani masyarakat di era digitalisasi.
Demikian disampaikan Suryo Susilo, YBØJTR Ketua ORARI Pusat kepada awak media, Minggu, 11 September 2022 di Jakarta
“Ibarat kata RRI itu adalah saudara tua ORARI, yang sama-sama berada dalam bidang komunikasi menggunakan perangkat radio, dan tentunya dalam perjalanannya juga memiliki berbagai tantangan yang harus di hadapi” kata Suryo Susilo, YBØJTR
Menurut Suryo Susilo, YBØJTR, Radio tidak hanya menjadi sekadar peranti hiburan, tetapi sejak lama juga disadari peran strategis RRI. Mulai dari siaran kebudayaan hingga alat perjuangan melawan penjajah, dan hingga saat ini di usianya ke 77, eksistensi dan peran Radio dihadapkan pada tantangan, terutama dalam perkembangan teknologi informasi di era digitalisasi, yang sarat dengan masuknya berbagai informasi melalui berbagai model alat komunikasi.
RRI dan ORARI sesuai dengan visi dan misi masing-masing berada pada situasi yang memerlukan adanya sinergisitas dan kolaborasi. Dan antara RRI dengan ORARI sudah terbangun sinergitas dan kolaborasi dengan ditanda tanganinya Nota Kesepahaman (MoU) RRI dengan ORARI pada 28 April 2022, yang intinya dalam setiap penyelenggaraan tugasnya RRI membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam melakukan diseminasi informasi.
“Dengan jumlah anggota yang mencapai lebih dari 49.000, ORARI memiliki potensi untuk membantu menyiarkan layanan informasi publik di daerah yang mungkin tidak terjangkau oleh RRI, misalnya untuk menyebarluaskan informasi tentang kebencanaan yang terjadi di kawasan pegunungan dan lautan yang sulit dijangkau oleh siaran RRI,” tukas Suryo Susilo, YBØJTR.
Karena itu, lanjut Suryo Susilo, YBØJTR, sangatlah tepat apabila pada momentum peringatan HUT RRI ke 77 yang mengambil Tema “Kolaborasi Untuk Indonesia Kuat”, yang memiliki makna bahwa kolaborasi itu merupakan suatu keniscayaan yang harus dijalin, dibangun, dipererat, serta dimassifkan dalam suatu aksi nyata yang dapat berkonstribusi bagi terwujudnya Indonesia Kuat, terutama dibidang komunikasi dalam menghadapi tantangan yang tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama dalam situasi dan kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Tanpa berkolaborasi, maka berbagai tantangan tersebut tak dapat diselesaikan dengan baik.
“Selamat memperingati HUT RRI ke 77, Semoga RRI dapat semakin jaya, semakin eksis, dan semakin massif dalam menjalin kolaborasi dengan pihak manapun, termasuk dengan ORARI, agar bersama-sama dapat mewujudkan Indonesia Kuat, Bravo RRI, Sekali di Udara Tetap Di Udara” pungkas Suryo Susilo, YBØJTR.