Filesatu.co.id, Banyuwangi | Dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-4 karang taruna Tunas Harapan desa Grajagan kecamatan Purwoharjo, serta sosialisasi Dr. KH. Ahmad Munib Syafaat, L.C, M. E. I kepada masyarakat, para pemuda menggelar acara pekan budaya dengan menghadirkan 3 group kesenian jaranan sekaligus di dusun Curahjati. Minggu (5/5/2024)
Hadir dalam acara itu Dr. KH. Ahmad Munib Syafaat, L.C, M. E. I atau yang akrab disapa Gus Munib, sebagai sosialisasi kepada masyarakat serta bentuk kepedulian terhadap budaya Indonesia khususnya yang ada di Banyuwangi. Salah satunya jaranan butho (raksasa, bhs Jawa) ini.
Dalam kesempatan itu Gus Munib memberi sambutan serta ucapan terima kasih kepada tokoh masyarakat juga mengapresiasi kegiatan seni budaya yang diadakan oleh para pemuda karang taruna ini. Menurutnya, kegiatan nanggap jaranan adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap budaya daerah yang harus dilesatarikan.
Karena suatu negara atau daerah dikatakan kuat ketika masih menghormati budayanya. Meskipun harus menghadapi gempuran modernisasi dan kemajuan zaman, akan tetapi kita harus tetap melestarikan budaya daerah ini.
“Dulu sewaktu kecil saya sangat takut terhadap jaranan, dan Alkhamdulillah setelah dewasa saya bisa nanggap jaranan” selorohnya sambil diikuti senyum masyarakat. Dalam kesempatan itu Gus Munib juga diajak menaiki kepala Reog dari salah satu peserta kesenian.
Lebih jauh saat di wawancarai oleh media, Gus Munib menjelaskan jika acara sosialisasi kepada masyarakat dengan nanggap jaranan ini agar masyarakat tidak hanya menganggap jika dirinya hanya fokus kepada dunia pendidikan saja, khususnya pesantren. Namun juga respek terhadap seni budaya daerah.
“Saya ingin mengeksplor jika pesantren tidak anti dengan budaya-budaya seperti jaranan ini. Buktinya di Blokagung (ponpes kediaman beliau) setiap kali ada kegiatan juga menghadirkan seni-seni budaya seperti ini” jelasnya.
Gus Munib berpesan agar masyarakat jangan pernah melupakan akar budayanya, karena jika melupakan akar budaya, maka integritas kepribadian seseorang akan hilang. Karena tidak bisa menghargai budayanya sendiri.
“Semoga dengan kegiatan budaya ini masyarakat bisa semakin guyub dan rukun” pungkasnya. (sis)