Filesatu.ci.ud, Banyuwangi | Ritual tahunan Adat Keboan Aliyan 2022 kembali diselenggarakan dengan meriah seperti sebelum dilanda wabah pandemi covid-19.
Kali ini, Ritual tersebut bisa dirayakan seutuhnya, masyarakat melaksanakan dengan penuh kesakralan, semangat tinggi serta menyakini Adat Keboan ada makna. Selain itu juga untuk selalu menjaga kelestarian adat Keboan dari leluhurnya.
Seperti biasa, di malam sebelumnya atau pelaksanaan di hari H nya di tahun 2022 ini yang jatuh pada Minggu 31 Juli masyarakat sudah menyiapkan segala keperluan ritual (sesajen) yang dipersembahkan bagi para leluhurnya.
Sesajen berupa jajanan pasar, tumpeng dan uborampen poliwijo (hasil bumi) di taruh diatas lantai beralaskan karpet yang sudah disiapkan.
Tak jarang masyarakat Aliyan pun ada yang mengalami kesurupan yang tingkahnya menyerupai lanyaknya binatang kerbau sambil mengunyah nguyah makanan.
“Kalau ada yang kesurupan ada kerabatnya yang menjaga, karena ada yang kwatir melukai tubuhnya jika berulah sebelum diarak di area yang sudah disiapkan oleh warga (tempat paguyangannya),” terang Anton Sujarwo, Kepala Desa Aliyan. Minggu (31/7/2022).
Dilain itu, Anton menambahkan, pelaksanaan kegiatan ritual Adat Keboan Aliyan setelah dua tahun pandemi di tahun ini antusias masyarakat sangat luar biasa, rasa kebersamaan dan mampu menumbuhkan nilai sosial, kebersamaan gotong royong.
“Syukur, dengan adanya Adat Keboan ini juga memberi manfaat bagi masyarakat kami, masyarakat kami juga bisa mengadakan pasar kuliner sehingga menunjang perekonomiannya,” tambah Anton.
Dikesempatan berbeda dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda menyampaikan bahwa kegiatan ritual Adat Keboan Aliyan hal yang sangat menggembirakan karena di tahun sebelumnya diadakan secara kecil kecilan.
“Untuk saat ini di tahun 2022, kegiatannya di support bersama-sama Pemerintah desa dan Daerah Banyuwangi, sehingga kemeriahan sangat luar biasa,” kata Bramuda.
Bramuda berharap untuk kedepannya Aliyan bukan hanya sekedar memiliki Adat, karena pemerintahan desa juga munculkan berbagai inovasi untuk menjadi desa wisata dan budaya.
“Desa Aliyan semenjak kepemimpinan pak Anton sudah menjelma tidak hanya menjadi desa wisata, namun juga desa budaya, karena memiliki kekayaan alam yang luar biasa,” tambah Bramuda.
Bahkan, lanjut Bramuda, Desa Aliyan juga memiliki nilai sejarah pra sejarah termasuk bisa mengembangkan sektor pariwisata di sawah (wisata sawah).
“Saya kira desa Aliyan mempunyai produk desa, dan bagaimana masyarakat bisa terus kreatif untuk menumbuhkan perekonomian baru, ada Homestay dan kulinernya dari itulah perekonomian menjadi lancar,” pungkasnya.
Untuk diketahui, diadakannya Ritual tahunan Adat Keboan yang mana ada sejarah leluhurnya saat itu desa Aliyan area persawahan milik masyarakat dilanda pagebluk, tanaman padi di serang berbagai hama yang pada akhirnya tidak bisa panen. Namun, dengan adanya berbagai ritual masyarakat leluhurnya, desa Aliyan menjadi desa yang subur, dengan begitu masyarakat Aliyan selalu mengadakan ritual Adat Keboan setiap tahunnya.