FILESATU.CO.ID, BANYUWANGI | Dirasa membuat penyerapan tenaga kerja proyek bangunan seperti tukang, kuli bangunan dan penyedia material di Banyuwangi menjadi berkurang. Komisi IV DPRD Banyuwangi dengan Dinas PU Cipta Karya, Perumahan dan Pemukiman adakan Rapat kerja (Raker) dan berharap Dinas PU Cipta Karya untuk mengevaluasi kegiatan proyek pembangunan yang mengunakan bahan pabrikasi, agar dapat menyerap tenaga kerja dengan sistem padat karya.
Seperti di ungkapkan oleh Ficky Septalinda, ketua Komisi IV DPRD Banyuwangi, yang menyatakan bahwa keberadaan proyek yang anggarannya bersumber dari APBD bisa memberi peluang kepada masyarakat, terutama yang kehilangan pendapatan dampak dari pandemic covid-19. Seperti halnya tukang, kuli bangunan, penyedia material dan lainnya.
Ditemui usai rapat kerja dengan Dinas PU Cipta Karya PP, Ficky Septalinda mengatakan “Kami berharap Dinas PU Cipta Karya, Perumahan dan Pemukiman mengevaluasi kegiatan proyek yang mengunakan bahan pabrikasi agar masyarakat yang berprofesi tukang, kuli bangunan bisa diberdayakan oleh kontraktor yang sudah berjalan,” ucapnya. Kamis (12/08/2021) kemarin.
“Yang harus menjadi catatan pelaksanaan proyek dengan system padat karya harus tetap menjaga mutu dan kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis agar umur proyeknya bisa panjang tidak mudah rusak sehingga ada efisiensi anggaran pemeliharaan,” tambah Ficky.
Dalam kesempatan tersebut Ficky menambahkan, komunikasi yang baik antara Dinas PU Cipta Karya dengan masyarakat perlu dilakukan agar kepentingan pembangunan daerah bisa tumbuh dan berjalan dengan lancar.
Menyikapi hal ini, Plt Dinas PU Cipta Karya Perumahan dan Pemukiman Banyuwangi, Danang Hartanto menyampaikan jika pihaknya akan melakukan koordinasi dan evaluasi agar kebijakan proyek pabrikasi tidak menuai polemik di masyarakat.
“Ya kita koordinasi, tetap kita evaluasi. Ada beberapa kegiatan yang memang kita evaluasi,” jelas Danang.
Danang menyampaikan bahwa penggunaan material U-Ditch sebagai bahan proyek memang sudah lama berjalan, pemanfaatannya sejauh ini hanya memakan sekitar 7 persen dari total anggaran.
Pada masa pandemi seperti saat ini, harga bahan pabrikan bisa sewaktu-waktu mengalami perubahan. Sebab itu pihaknya akan melakukan evaluasi dengan menambahkan proyek konvensional yang dikerjakan manual.
“Karena pandemi harga-harga naik. Akhirnya pabrikan menaikkan harga sehingga terbebani. Kita evaluasi lagi, kita tambah untuk kegiatan manual. Nggak harus merubah U-Ditch,” jelas Danang.
“Kalau masih nggak kuat, nanti U-Ditch-nya diubah bentuknya, ada yang manual ada yang pabrikasi tetapi dalam satu lokasi. Kita juga mengutamakan kualitas pekerjaan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat,” pungkasnya.(*).