Filesatu.co.id, Banyuwangi | Pembangunan pemeliharaan saluran irigasi tersier di Dusun Tojo Kidul, RT 01 RW 01, Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, dengan meggunakan Aliran Dana Desa (ADD) belasan juta rupiah dikeluhkan warga.
Pasalnya, hasil pembangunan proyek irigasi tersebut selain diniali asal jadi dan tanpa papan nama keterangan saat dalam pengerjaan, juga tidak melibatkan warga setempat.
Menurut pengakuan S (60) warga setempat, proyek yang dikerjakan oleh desa itu dikerjakan secara asal-asalan, sehingga kwalitasnya kurang baik.
“Pembangunan proyek yang dikerjakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Temuguruh, selain tanpa melibatkan warga setempat, juga dikerjakan asal jadi yang tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya,” ungkapnya S, pada Kamis (19/12/2024).
Terbukti, lanjut S, dengan adanya sisa gumpalan meterial lama dan bongkahan batu besar di dasar saluran irigasi yang tidak dibersihkan. Sehingga menyumbat jalanya air yang berdampak terjadinya abrasi yang mengikis tanah disisi saluran irigasi.
“Sehingga menyebabkan terjadinya cerukan yang dalam disisi saluran irigasi akibat terkikis air. Apalagi pengerjaan proyek yang asal jadi, mustahil hasilnya bisa bermanfaat untuk jangka panjang bagi masyarakat setempat,” keluhnya.
Selama dalam pengerjaan, lanjut S, biasanya di pantau oleh Arif, Kepala Dusun setempat.
Sementara, Aris, saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa pembangunan yang dikerjakakan tersebut intinya untuk menambah ketinggian saluran air atau membuat tanggul guna mencegah melubernya air ke jalan di saat musim hujan.
“Pembangunan yang dilakukan hanya menambah ketinggiaan saluran irigasi atau membuat tanggul, agar jika terjadi hujan air tidak meluber kejalan. Dan hasil pengerjaan yang dilakukan oleh TPK itu sudah baik dan benar,” tegas Aris.
Keterangan yang sama juga disampaikan pelaksana proyek, TPK Desa Temuguruh Jendra. Ia memaparkan bahwa pelaksanaan proyek tersebut bersifat darurat dan tanpa perencanaan.
Lebih lanjut menurut Jendra, bahwa pihaknya hanya melakukan pemeliharaan dengan membuat tanggul agar air tidak meluber ke jalan di saat musim hujan.
“Kan aneh, kok warga justru malah mengeluhkan material yang tidak dibersihkan. Proyek pemeliharaan yang kami kerjakan itu kan sifatnya darurat dan tanpa perencanaan. Kami hanya meninggikan plengsengan agar kalau hujan air tidak meluber ke jalan,” dalih jendra.
Jendra membeberkan, bahwa proyek darurat pemeliharaan irigasi tersier yang dikerjakan tersebut sepanjang 58 meter, dengan menggunakan dana sekitar Rp11 juta.
Kepala Desa Temuguruh, Asmuni, saat jurnalis mengenalkan identitas diri agar bisa dikonfirmasi melalui pesan whatssap, namun hingga berita ini ditayangkan belum ada respon. (Kur).