Filesatu.co.id, Madiun | Sebanyak 170 siswa siswi SDN 02 Sukosari Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun menikmati liburan di kolam renang Pangonan. Saking semangatnya, mereka kompak datang lebih awal dari jam yang ditentukan, Kamis (23/05/2024).
Tak hanya sendiri, para pelajar yang berenang diawasi oleh guru pendamping beserta wali murid masing-masing. Hal tersebut guna meminimalisir hal yang tidak diinginkan.
Martha, selaku Kepala Sekolah SDN 02 cukup terkesan dengan hadirnya kolam renang Pangonan di Desa Sukosari ini. Menurutnya, kolam renang Pangonan ini sangat layak dijadikan jujugan kegiatan outbound para siswa.
“Saking semangatnya, anak-anak tadi jam tujuh sudah datang semua. Padahal kita jadwalkan setengah delapan. Cukup bagus, view-nya juga mendukung. Mungkin ke depan kita masukan ke daftar lokasi sebagai agenda rutin outbound kita,” terang Martha.
Sebelum hadirnya kolam renang Pangonan, lanjut Martha, lokasi outbound cukup jauh. Mulai dari luar Desa hingga luar Kecamatan.
“Yang sudah-sudah dulu outbound kita di grape, kresek dan lembah wilis, ke depan nanti mungkin langsung kesini saja, lebih dekat dan lebih hemat,” imbuhnya.
Menyambung wacana outbound pelajar, Kusno selaku Kepala Desa Sukosari akan menambah beberapa wahana pelengkap di area kolam renang. Tak menutup kemungkinan, hewan ternak bakal dihadirkan untuk dijadikan sarana edukasi para siswa siswi.
“Beberapa wahana tetap akan kita tambah, untuk bermain, olahraga, pemancingan bahkan peternakan. Entah nanti kambing ataupun kelinci. Jadi selain bermain, anak-anak nanti bisa belajar. Dari peternakan nanti, tidak hanya output yang didapat, tapi prosesnya pun juga bisa dipelajari,” terang Kades.
Untuk melengkapi itu semua, lanjut Kusno, tentunya butuh waktu. Prosesnya tak semudah membalikkan telapak tangan.
“Semua sudah masuk schedule, satu persatu kita bangun. Hari ini pengeboran sumur. Nanti, airnya bisa untuk pertanian dan kolam renang. Nah, limbah dari kolam renang bisa langsung dialirkan ke kolam pemancingan,” imbuhnya.
Dipilihnya nama Pangonan, rupanya terdapat sejarah panjang. Lahan yang dibangun wisata saat ini, merupakan lahan mati yang tidak produktif. Pangonan diambil dari suku kata ‘angon’ yang artinya menggembala.
“Berpuluh-puluh tahun lalu, tempat ini digunakan mbah-mbah jaman dulu angon/menggembala kerbau. Makanya kita namakan Pangonan. Sebelum kita bangun, lahan 2 hektare ini hanya ada pohon jati, alang-alang dan rerumputan. Tidak produktif sama sekali. Di lelang pun juga tak diminati,” imbuhnya.
Seperti mati suri, lahan yang telah lama mati, dihidupkan kembali. Setelah hidup, membawa manfaat bagi sekitarnya. Masyarakat, petani, juga pendongkrak Pendapat Asli Desa.