Filesatu.co.id, Situbondo | Nasib naas menimpa laki-laki dari keluarga H. Fauzan Mistari aktivis yang akrab dipanggil Bronto, warga asal desa Paowan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo meninggal dunia usai pihak keluarga tidak mendapatkan pelayanan dari PKM Panarukan dengan memohon pinjaman mobil ambulans untuk menjemput mertuanya.
dari rumah menuju Puskesmas Panarukan yang beralamat di Jl. Raya Wringin Anom No. 29, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
H.Fauzan Mistari, warga desa Paowan Situbondo, kepada awak media ini mengatakan saat malam hari, Jumat (29/2/2024) mertua laki-lakinya sedang sakit parah dan membutuhkan pertolongan medis, karena tidak ada kendaraan roda empat untuk membawa mertuanya ke rumah sakit, dirinya berinisiatif hendak meminjam mobil ambulans ke Puskesmas berdasarkan koordinasi dari Kepala kampung atau Kepala Dusun.
” Namun saya kesana hendak meminjam ambulans ke resepsionis dan ditanyakan ke kepala ruangan, ternyata tidak dipinjamkan karena alasan prosedur, ambulans Puskesmas hanya untuk pasien rujuk Puskesmas ke rumah sakit, “jelas H. Fauzan Mistari, Jum’at (1/3/2024).
Adanya Prosedur tersebut dan tidak mendapatkan kendaraan untuk segera mendapatkan penangan medis segera mertuanya akhirnya meninggal dunia.
” Ini jelas tidak bisa diterima, ambulans yang dibeli dari uang negara untuk kepentingan masyarakat nyatakan masyarakat yang mau meminjam untuk mendapatkan pertolongan medis malah tidak dipinjami, malah ada bahasa saya harus pakai kendaraan pribadi kalau mau bawa mertua saya ke Puskesmas, “ungkapnya.
Namun kemudian, kata Mistari saat dirinya mencoba menghubungi kepala dinas kesehatan dan diteruskan ke kepala Puskesmas baru ambulans datang.
“Telat coba kalau saya tidak menelepon Kepala Dinas Kesehatan Situbondo apakah dipinjami ? … bagaimana dengan masyarakat yang tidak punya akses kesana? ..Apakah harus senasib dengan mertua saya ?.. Ini prosedur yang menyusahkan masyarakat, “tegasnya.
Mistari menilai, layanan kesehatan Puskesmas Panarukan mengabaikan sebuah nyawa seorang warganya.
” Mereka (Puskesmas Panarukan, red) lebih mementingkan dan mempertahankan sebuah aturan dan prosedur yang di buat untuk menyengsarakan rakyat, “kata Mistari.
Mistari berharap harus ada reformasi dalam kebijakan kesehatan di kabupaten Situbondo, terutama untuk penanganan pasien kritis di rumah yang membutuhkan penanganan medis segera.
” Berslogan pelayanan prima untuk masyarakat Situbondo, katanya jemput bola memberikan pelayanan ke masyarakat, nyatanya masyarakat harus datang dulu baru ditangani, semoga cukup mertua saya jadi korban prosedur puskesmas semacam ini, “harapnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Panarukan dr. Yuni Verosita membenarkan jika Jum’at (29/2/2024 ) malam ada keluarga pasien datang ke IGD hendak memohon mobil ambulans jemput keluarganya, tapi menurutnya mungkin ada Miss komunikasi atau penyampaiannya.
” Jadi kalau di WhatsApp, keluarga pasien minta mobil ambulans menjemput pasien di rumahnya untuk langsung dibawa ke rumah sakit bukan ke Puskesmas, “ungkapnya.
Selain itu, dr Yuni Verosita mengatakan bahwa Puskesmas Panarukan tidak memiliki prosedur untuk peminjaman mobil ambulans untuk masyarakat, masyarakat sebenarnya bisa menggunakan ambulans desa, tapi hampir semua Puskesmas mempunyai prosedur rujukan emergency, “imbuhnya.
Kalau prosedur emergency yang dimiliki Puskesmas Panarukan, Kata dr Yuni Verosita, jadi pasien harus dibawa ke Puskesmas terlebih dahulu untuk dilakukan pertolongan pertama hingga kondisi pasien stabil untuk kemudian bisa dirujuk ke rumah sakit terdekat.
“Ambulans puskesmas itu tidak perlu sewa sebenarnya, jika memang emergency bisa difasilitasi oleh pihak Puskesmas, “ujarnya.
Tidak hanya itu, dr Yuni Verosita juga mengungkapkan bahwa keluarga pasien meminta jemput ke rumah Klatakan untuk dibawa ke Rumah Sakit dan bukan ke Puskesmas Panarukan.
” Begitu pihak keluarga pasien hendak meminjam ambulans untuk ke rumah sakit. Namun saat kami memerintahkan berangkat ke rumah pasien untuk jemput pasien dibawa ke RS, eh.. ternyata sudah ada di IGD, “pungkasnya. (Togas).