Ketua PPI Kabupaten Blitar Prihatin Sistem Pertanian, Ini Ulasannya

Filesatu.co.id, Blitar | Kemana arah kebijakan pertanian di kabupaten Blitar menjadi tanda tanya besar, yang patut dibahas ditengah upaya penguatan ekonomi pedesaan setelah hampir dua tahun terpuruk akibat pandemi covid-19.

Tiga persoalan yang akan dihadapi kedepan sebagaimana di sampaikan presiden Jokowi beberapa hari yang lalu adalah, akan terjadinya krisis pangan, energy dan perubahan iklim global.

Bacaan Lainnya

Ketua umum Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Pimpinan Cabang (Pincab) Kabupaten Blitar Mudjianto menyampaikan bahwa, “Dalam sektor pangan, persoalan yang dihadapi oleh negara sebenarnya juga seharusnya menjadi bagian penting yang harus diantisipasi dan dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Blitar.

Tantangan ketahanan pangan meliputi  sarana dan prasarana pertanian, skala usaha tani kecil dan konversi lahan, serta adanya dampak perubahan iklim, akses pangan yang tidak merata, Food Loss and Waste yang tinggi, regenerasi petani lambat dan tantangan di inovasi dan diseminasi teknologi,” tuturnya.

Mudjianto menyampaikan, “Dikabupaten Blitar, ada dua kebutuhan pokok dari usaha pertanian, yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah, yaitu kebutuhan beras sebagai makanan pokok bagi penduduknya, serta kebutuhan jagung sebagai kebutuhan bahan pakan ternak ayam petelur, karena kabupaten Blitar sebagai sentra ternak ayam pedaging dan petelur di Indonesia,” kata dia saat media ini menemui  dinwarung soto Kanigoro, Jumat (17/06/2022).

Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blitar produksi beras dalam tahun 2022 sekitar 2.514.804 kwintal, atau sekitar 251.480 ton setahun, jika dihitung produksi perhari sebanyak 699 ton beras. Jumlah kepala keluarga di Kabupaten Blitar tahun 2021 sebanyak 492.832, Jika rata-rata kebutuhan beras per-kepala keluarga 1,5 kg/hari, maka kebutuhan stok beras untuk konsumsi adalah 739 ton atau sekitar 739.248 ton selama setahun. Sehingga untuk kebutuhan beras sehari harus mengambil dari daerah lain, atau minus 41 ton perhari atau 14.649 ton setahun.

Pada produksi jagung tahun 2021 mengalami penurunan dibanding dengan dua tahun sebelumnya, yaitu 3.247.668 kwintal, atau 324.767 ton, atau 902 ton perhari. Tahun 2020 sebanyak 401.440 ton, dan tahun 2019 sebanyak 391.806 ton. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak ayam petelur saja diproyeksikan sekitar 800 ton per hari atau 288.000 ton pertahun.

Mujianto menambahkan, “Tahun 2021/2020 terjadi kelangkaan dan mahalnya harga jagung sehingga mengakibatkan keresahan dan terjadinya aksi besar-besaran turun jalan dari peternak ayam petelur kita, sesuatu yang sangat aneh, sehingga terbersit asumsi masyarakat, ada apa dengan pemerintah kita saat itu, system antisipasinya seperti apa atau system perlindungan bagi peternak kita bagaimana,” tambahnya.

Mujianto menyampaikan, “Dari sisi anggaran pertanian atau APBD tahun 2021 senilai 58, 340 milyar, dengan rincian 18,7 milyar untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa sebanyak 22,9 milyar, belanja hibah 12,198 milyar belanja bantuan sosial1,3 milyar, sedangkan untuk belanja modal sekitar 2,8 milyar. Sedang tahun APBD tahun 2022 justru mengalami penurunan senilai 52, 740 milyar, dengan rincian 22,5 milyar untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa sebanyak 17,3 milyar, belanja hibah 11,091 milyar, sedangkan untuk belanja modal sekitar 1,8 milyar,” ungkapnya.

Mujianto juga menilai, “Melihat postur anggaran tahun 2021 dan 2022 tersebut, perlu disampaikan ke public bahwa khususnya sektor pangan, untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatiran presiden jokowi sebagaimana diatas perlu langkah-langkah dan kebijakan yang harus disampaikan kepada masyarakat, serta kearah mana kebijakan sektor pangan di Kabupaten Blitar akan dibawa. Apalagi saat ini krisis regenerasi petani telah dialami oleh beberapa daerah di kabupaten-kota lainnya,” jelasnya.

Mujianto berharap, “Bagaimana mengembalikan konsep dan program swasembada pangan yang pernah dilakukan pada zaman Presiden Suharto. Salah satu kunci penting pertahanan negara adalah adanya stabilitas pangan, sumberdaya serta potensi alam didalam wilayah sendiri maupun didalam negeri sendiri masih luas untuk dioptimalkan,” pungkasnya.(Pram).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *