Filesatu.co.id, Blitar | Jelang Hari Raya Nyepi, Bupati Blitar Rini Syarifah yang di wakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Izul Marom menghadiri Pawai Ogoh- Ogoh atau Upacara Tawur Kesanga. Pada kesempatan ini Sekda Izul Marom membuka dan memberangkatkan puluhan ogoh- ogoh hasil karya muda- mudi Kabupaten Blitar. Bertempat di depan ruang terbuka hijau (RTH) Wlingi, Minggu (10/03/2024).
Diketahui Ogoh- Ogoh atau Upacara Tawur Kesanga merupakan upacara sebelum pelaksanaan catur brata atau nyepi. Ogoh- ogoh sendiri merupakan hawa nafsu manusia yang harus dihilangkan,agar hati manusia menjadi lebih baik. Pada hari ini sebanyak 61 ogoh- ogoh dari berbagai pura di penjuru Blitar diarak dan merupakan terbanyak se- Jawa Timur.
Dalam sambutannya Sekda Izul Marom menyatakan bahwa, kegiatan Umat Hindu ini, tentunya tidak lepas dari peran serta masyarakat dari berbagai daerah, agama dan keyakinan. Ini wujud kerukunan umat beragama. Dan ini harus dipertahankan. Karena memang negara kita ini sangat plural, beragam suku, agama, bahasa dan adat istiadat. Keberagaman ini justru membuat kita semakin kuat, kokoh dalam bingkai NKRI.
“Jika kemarin waktu Pemilu 2024 sampat berbeda pilihan, saatnya kita kembali bersatu saling gotong royong membangun negeri ini dengan saling welas asih dan satu pemahaman yakni untuk masyarakat sejahtera, Indonesia maju,” ungkap Sekda Izul.
Dalam ajaran Hindu, ada tiga ajaran atau tuntunan suci yang sangat relevan dalam menumbuhkembangkan sikap toleransi sesama anak bangsa. Pertama, Vasudhaiva Kutumbhakam yang artinya, kita semua bersaudara, satu keluarga tunggal, tanpa membedakan agama, suku, bahasa, budaya, tradisi, dan warna kulit. Dengan memahami dan menghayati ajaran ini, niscaya kita bisa menjaga kesatuan dan persatuan bangsa untuk kejayaan NKRI.
“Kita diajarkan untuk mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, berat ringan dipikul dan dirasakan bersama. Gotong royong, tolong menolong hendaknya selalu dikedepankan. Kehidupan yang damai tidak mungkin terwujud tanpa adanya toleransi. Yaitu, sikap saling menghormati, menghargai, memahami maupun saling menerima adanya perbedaan,” jelas Izul Marom.
Untuk itu monggo kita semua merawat keberagaman ini demi utuhnya persatuan dan kesatuan. Seperti pada kegiatan tawur Kesanga yang identik dengan ogoh-ogoh ini. Buta Kala diwujudkan sebagai ogoh-ogoh adalah bagian dari pada unsur alam yang negative yang bsia memicu perpecahan dan angkara murka.
“Sehingga dalam upacara ini diharapkan sifat-sifat yang negatif ini tidak mengganggu. Setelah diarak hingga ke desa berarti energi negatif sudah terkumpul, kemudian dibakar. Dengan demikian energi negatif hilang, yang ada energy positif sehingga saat Nyepi bisa melaksanakan tapa brata dengan khidmad dan kehidupan tenang, guyub rukun,” tandas Izul Marom.
Tapa Brata pada keesokan harinya (Hari Raya Nyepi), bisa menjadi pribadi yang mawas diri dan menghindari perbuatan tidak baik. Juga semakin sejahtera kehidupannya dan semakin bertawakal pada Sang Hyang Widi.
Sekda Izul Marom mengatakan pawai ogoh- ogoh ini adalah rangkaian acara dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi 1946 Saka. Kegiatan ini juga sudah masuk menjadi kalender event rutin Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blitar. Oleh sebab itu, kegiatan ini rutin diadakan setiap tahun nya.
“Kita berharap pawai ogoh- ogoh ini juga bisa menarik daya minat wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Blitar,” pungkas Izul Marom.
Sebelumnya, ribuan umat Hindu di Blitar juga telah menggelar Upacara Melasti yang digelar di kawasan pantai Jolosutro Kabupaten Blitar.(Pram/Adv/Kmf)