FILESATU.CO.ID, KABUPATEN MALANG – Hamparan hutan lindung di wilayah Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang tercatat oleh dinas Kehutanan pada tahun 2015 seluas 870,80 Ha, sedangkan hutan produksi 2.366,30 Ha. Banyaknya pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat pinggiran hutan, dan ilegal loging yang dilakukan oknum-oknum tak bertanggung jawab menjadikan kawasan hutan semakin kerontang dan mengalami kekeringan. Kondisi ini berimbas pada tangkapan air di wilayah hutan tersebut. Banyak mata air yang berkurang debitnya hingga matinya sumber-sumber mata air.
Keadaan inilah, menggerakan Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) HIPPAM Tirto Makmur Dusun Bendrong, desa Argosari, kecamatan Jabung berinisiasi lebih merawat dan menjaga kawasan hutan di wilayahnya. Selain merawat mata air dan melakukan penanaman serta reboisasi, kali ini HIPPAM Tirto Makmur membentuk time Jaga Wana, serta berencana membangun Kawasan Wisata Edukasi Eko Sistem (KWEES) di Desa Argosari.
Untuk mengenalkan KWEES dan memberi semangat pada Tim Jaga Wana yang akan dibentuk, HIPPAM Bendrong mengundang instansi terkait untuk sosialisasi perencanaan ini. Tercatat dalam undangan, yang hadir dalam sosialisasi KWEES yaitu, Kepala Desa Argosari, Kepala Desa Slamparejo, Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Slamparejo, dan juga Kepala Seksi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Ada yang tidak biasa dalam kegiatan ini, yaitu kegiatan diadakan di lokasi mata air yang selama ini di kelola oleh HIPPAM, yaitu mata air Piji. Lokasi mata air ini berada dilereng diperbatasan hutan TNBTS dan wilayah Perhutani. Acara yang dijadwalkan dimulai pukul 08.00wib akhirnya molor dikarenakan semua undangan harus naik motor menyusuri jalan terjal ke lokasi. Semua peserta harus menempuh jalanan berkelok sepanjang 1.5 Km menuju lokasi mata air Piji, di jurang Piji. Peserta dan undangan akhirnya sampai di mata air Piji pukul 09.00 wib. Rabu, (7/7/2021).
Ketika semua undangan dan peserta telah berkumpul di mata air Piji, acara diskusi pun dilaksanakan dengan sederhana. Dengan duduk jongkok dan sebagian duduk di pinggiran tandon mata air. Dalam acara yang tak bersepanduk ini, Ustad Muhammad Slamet, ketua HIPPAM Tirto Makmur, selaku penggagas dan perencana acara menyampaikan banyak minta maaf karena acara yang diadakan jauh dari kebiasaan.
“Bapak-ibu yang kami hormati, sengaja pada pagi hari ini kita mengadakan acara di sumber Piji, karena memang rencana awal kita laksanakan di balai dusun, tetapi kami berfikir ketika nanti ada kegiatan selusur lokasi, jaraknya cukup jauh, maka untuk mempersingkat waktu, jadi kami melaksanakannya di lokasi ini, jadi kami mohon maaf, apabila memang tempat yang kami sediakan jauh dari kata layak, jauh dari layak, bukan lagi gak layak untuk pertemuan semacam ini, maka kami atas nama panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya ” urai Ustad Slamet diawal pembukaan diskusi.
Lebih lanjut dalam urainya, Ustad Slamet memaparkan gagasan membuat wisata edukasi yang berbasis ekosistem di wilayah Piji, Gunung Tanggung ini. Hal ini melihat potensi yang ada diwilayah Jurang Piji, juga untuk pemberdayaan masyarakat lereng hutan serta untuk terus menjaga keberlanjutan ekosistem dan lestarinya hutan. Dirinya juga mengatakan bahwa konsep wisata ini harus mendapat dukungan dari banyak intansi serta khususnya pemangku hutan yang mempunyai lahan.
Ustad Slamet berharap lembaga pemangku hutan menyediakan lahan yang bisa dikelola sebagai tempat wisata ini, dirinya juga mengatakan bahwa lahan tersebut yang nantinya digunakan sebagai lahan tangkapan air, karena selama ini HIPPAM mengelola mata air diwilayah mata air Piji. Keberlanjutan mata air dan kelestarian hutan menjadi modal besar kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Mendengar pemaparan tentang wacana KWEES serta pembentukan tim Jaga Wana lintas kabupaten, Ardian perwakilan dari TNBTS wilayah 1, dalam sambutanya menyambut baik wacana tersebut. Selain itu dirinya juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidak hadiran kepala Seksi TNBTS, Bapak Sarmin dikarenakan ada agenda lain di Pasuruan.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa kelestarian hutan sangat penting sebagai wilayah tangkapan air. Dirinya mengemukakan bahwa wilayah tangkapan air sangat luas tidak hanya disumber mata air saja.
“Walaupun sebenarnya tadi dikemukaan oleh Pak Aris, bahwa keberadaan sumber air disini ada dikawasan Perhutani nggeh, wilayah Jabung kabupaten Malang. Tetapi, secara catchmen area ya, meniko kalau sumber air kan bicaranya tidak hanya bicara pada titik sumber air berada, tetapi radius berapa kilo, karena tangkapan air itu ada diatas kadang-kadang,” terang Ardian petugas Resort TNBTS Jabung ini.
Dengan memberi contoh mata air Umbulan yang berada di Pasuruan, Ardian memberi gambaran bahwa wilayah tangkapan air Umbulan dengan debit air hampir 4000 m/detik itu wilayah tangkapan airnya berada puluhan kilometer.
“Jadi bisa jadi, sumber air Piji meniko catchmen areanya berada diwilayah taman nasional, walaupun secara lokasinya berada di Perhutani, jadi memang perlu sinergitas” terangnya.
Dengan keadaan itu Ardian mengharapkan kerjasama antar masyarakat pengelola dan pengguna air, serta Perhutani dan taman nasional untuk bersama-sama dalam menjaga hutan. Menjaga dan melestarikan hutan untuk keberlangsungan sumber air.
Selaras dengan yang dikemukakan oleh Ardian, Harjo Suparto, Polhut TNBTS ini menyatakan, dirinya secara pribadi sangat mengapresiasi program yang akan dilakukan oleh warga dusun Bendrong dan kelompok HIPPAM Tirto Makmur. Dirinya secara lembaga juga mengharapkan warga desa penyangga hutan untuk bersama menjaga hutan. Harjo Suparto juga sangat mendukung rencana terbentuknya Jaga Wana lintas kabupaten (Pronojiwo, Bendrong, Slamparejo).
“Yang dari Bapak Slamet, ketua HiPPAM tadi untuk meminta atau memohon apa tadi eeh..kelompok Jaga Wana, kita mendukung sekali. Karena membantu kita untuk pengamanan kelestarian hutan,” ungkap pria tegap ini.
Harjo Suparto juga mengatakan bahwa keinginan dan usulan akan pembebasan lahan yang nanti dikelola sebagai wisata edukasi ekosistem, dirinya masih harus berkordinasi dengan pimpinan, karena menurut dirinya ini ranah pimpinan hingga kementrian.
“Untuk melegalkan atau melepaskan area itu kita butuh kordinasi dengan pimpinan dan bapak-bapak tersebut juga saya antarkan ke beliau-beliaunya yang di atas,” ungkapnya.
Sependapat dengan perwakilan TNBTS, Aris petugas Perhutani, wilayah Jabung Slamparejo juga mengatakan kewenangan dalam membebaskan lahan yang bisa dikelola oleh warga, harus melalui prosedur perijinan ke pimpinan.
Setelah acara diskusi dan ngobrol terkait wacana pembentukan dan permintaan SK untuk Jaga Wana dan perencanaan KWEES. Acara diskusi ini ditutup dengan seremonial penanaman pohon buah. Penanaman ini diikuti oleh Kepala Desa Argosari, kepala Dusun Busu, Slamparejo, perwakilan TNBTS, Perhutani, HIPPAM Tirto Makmur. (Nasai/Filesatu)