Filesatu.co.id, Madiun| Serangan hama dan rendahnya harga gabah seolah menjadi momok yang terus menghantui para petani. Di wilayah Kabupaten Madiun, mayoritas petani saat ini banyak yang menjerit. Pasalnya, harga gabah masih jauh dari harapan.
Berdasarkan info dari beberapa sumber yang dihimpun, harga gabah basah saat ini hanya diangka 340 ribu per kwintal, sedangkan kering 400 ribu per kwintal. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan harga tahun lalu. Hal tersebut membuat para petani kelabakan mengingat tingginya cost produksi.
“Petani banyak yang menjerit mas, harga basah hanya 340, kering 400,” ujar Sholeh salah seorang petani padi di Kabupaten Madiun, Rabu (21/7/2021).
Sholeh pun tak memungkiri, sejak dulu hingga sekarang, tikus dan wereng masih menjadi musuh terbesar bagi para petani padi. Padahal menurutnya, untuk mengatasi hama saja butuh biaya yang tidak sedikit.
“Kalau hama itu tidak dibasmi, padi kita pasti habis. Jadi mau gak mau harus siap dana untuk biaya pemberantasan hama. Kalau harga panen rendah, petani dapat apa lho?” keluhnya.
Dilokasi lain, ada juga petani yang merasa frustasi. Padi yang seharusnya siap panen, malah habis oleh serangan hama.
“Kemarau basah, wereng merajalela pak, sejak tahun lalu kok gak ada kenaikan harga, capek saya,” cetusnya.
Sejarah mencatat bahwa Petani dipandang spesial karena sebagai penjaga ketahanan pangan yakni Penyangga Tatanan Negara Indonesia (PeTaNI). Namun jika harga gabah saat ini masih memprihatinkan, sejarah hanya tinggal cerita saja.
Harapan para petani saat ini tidaklah bertele-tele, harga jual yang layak, diimbangi dengan mudahnya mendapatkan pupuk (subsidi), sehingga dapat menekan cost produksi, persiapan lahan, tanam, perawatan hingga panen. (Anwar/filesatu)