FILESATU.CO.ID, BANYUWANGI | Berburu takjil di bulan Ramadan seakan menjadi tradisi yang menyenang bagi warga Banyuwangi. Hal itu menjadi perhatian Pemerintah Daerah Banyuwangi untuk mewadahi seperti pasar takjil digelar di seluruh desa se- Banyuwangi.
Pasar takjil Ramadan sebagai momentum untuk menggeliatkan perekonomian warga dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan pelaksanaan di tahun ini dikemas dalam Festival ”Ngerandu Buku” atau menunggu waktu Buka puasa yang dipakai bahasa osing (suku asli Banyuwangi).
Pelaku UMKM dan warga yang terlibat gelaran Festival sebanyak 1.354 dan menggelar berbagai menu makanan dan minuman dimulai pukul 15:00 hingga 21:00 wib selama sebulan penuh yang digelar secara serentak.
“Berburu takjil ini sudah menjadi tradisi kita saat Ramadan. Momentum ini kita tangkap untuk menumbuhkan ekonomi kerakyatan,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, saat membuka festival tersebut, di Jalan Letjen Sutoyo, Kecamatan Banyuwangi, Selasa (12/3/2024).
Aneka kuliner dari makanan tradisional hingga makanan kekinian dijajakan di sana. Mulai dari dari makanan khas Banyuwangi seperti patola, pisang precet, hingga aneka minuman segar seperti es blewah dan es teler dijual di sana.
Selain aneka kuliner, sejumlah lokasi pasar takjil juga akan menyuguhkan atraksi bernuansa islami untuk menghibur para pengunjung.
“Ini upaya memberikan ruang bagi pelaku UMKM agar mereka bisa meraih rezeki di bulan Ramadhan. Kami instruksikan kepada semua camat, lurah, hingga kepala desa, untuk memfasilitasi pasar takjil di wilayah masing-masing,” kata Bupati Ipuk.
“Tidak hanya pelaku usaha, namun banyak warga biasanya juga mengambil kesempatan ini untuk menambah pemasukan dengan menjual kuliner rumahan. Karena itu momen Ramadan harus dimaksimalkan,” tambah Ipuk.
Supaya pasar takjil berjalan lancar, Ipuk berpesan agar pelaksanaan selalu dikoordinasikan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kemacetan serta penumpukan sampah.
“Setiap pedagang wajib menyediakan tempat sampah. Kami juga mengimbau agar pengunjung membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik,” pesan Ipuk.
Selain itu, ”makanan dan minumannya juga harus dipastikan aman dan menyehatkan. Para camat harus berkoordinasi dengan puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan secara berkala,”ujarnya.
Di festival ini, baik pedagang maupun pembeli didorong untuk melakukan transaksi secara non tunai (cashless). Seluruh UMKM telah difasilitasi QRIS untuk mendorong tumbuhnya ekonomi digital. (*)