Bupati Ipuk: Festival Dolanan Tradisional, Kurangi Gadget, Anak Aktif Kenal Gotong royog  

Filesatu.co.id, Banyuwangi | Menumbuhkan kembali permainan Tradisional anak yang semakin tergerus dengan permainan pabrikan maupun  digital. Pemkab Banyuwangi menggelar “Festival Memengan Tradisional” alias Festival Permainan Tradisional. Sabtu (27/7/2022).

Festival Memengan Tradisional Banyuwangi yang dirangkai dengan peringatan hari Anak Nasional  digelar di Taman Blambangan diikuti sebanyak 750 pelajar SD, terlihat asyik memainkan 25 macam “memengan” (permainan). seperti, egrang, congklak, bakiak, jaranan, hoola hoop, hingga bedhil-bedhilan (tembak-tembakan).

Bacaan Lainnya

Baca Lainnya: Hasil Kopi Banyuwangi, Wamen Perdagangan  Jerry, Dorong Petani Kopi Perkuat Ekspor

Tampak selain bermain, mereka juga terlihat sibuk menyiapkan mainannya sendiri. Ada yang membuat mobil-mobilan berbahan bambu, kayu dan sabut kelapa untuk kemudian mereka tampilkan bersama.

“Menyenangkan sekali, ingat masa kecil dulu. Balap bakiak ini menguji ketangkasan dan kekompakan. Festival Memengan Tradisional ini bagian dari usaha kami mengajak anak melakukan aktivitas fisik,” demikian dikatakan Bupati Ipuk usai bermain dengan anak anak.

Menurut Ipuk, mengacu sebuah riset data pada 2021 bahwa 89,99% anak usia 5 tahun ke atas mengakses internet untuk media sosial. Rata-rata bahkan ada yang menyebut, anak-anak menggunakan gadget hingga 4 jam per hari. Ada riset, di kota besar di Indonesia, 8 dari 10 anak kurang gerak.

“Mengakses internet tidak ada masalah, namun tetap harus terpantau karena bagaimana pun anak-anak mungkin belum bisa mengontrol apa yang dilihat di internet. Panduan-panduan konten internet ramah anak harus dipahami orang tua,” ujarnya.

“Dan yang terpenting jangan kemudian anak hanya lihat gadget terus, sehingga mempengaruhi berkurangnya aktivitas anak, yang bisa menimbulkan gaya hidup kurang sehat pada anak. Anak hanya ‘mager’ alias malas bergerak di rumah. Maka permainan-permainan tradisional harus dihidupkan sebagai bagian dari katakanlah detoks gadget,” imbuh Ipuk.

Maka dengan keadaan ini, lanjut Ipuk, Pemkab Banyuwangi menggelar festival permainan tradisional. Festival yang mengajak anak-anak untuk membuat dan memainkan aneka tragam permainan tradisional yang sarat dengan olah fisik, penuh filosofi/makna, dan berbiaya relatif murah.

“Tak hanya itu, permainan tradisional ini juga sarat dengan hal positif. Kita diajarkan untuk kreatif mengolah barang yang ada di sekitar kita untuk dijadikan mainan.

“Jika melihat permainan bakiak raksasa tadi kita jadi belajar gotong royong, bekerjasama dengan jalan beriringan dengan kawan belakang. Ini adalah intisari yang diajarkan oleh leluhur kita dalam bentuk permainan tradisional,” jelas Ipuk.

Sementara, Plt Kepala Dinas Pendidikan Suratno menambahkan bahwa festival memengan tradisional telah digelar rutin Pemkab Banyuwangi sejak 2017. Festival ini diadakan untuk melestarikan beragam permainan tradisional bangsa Indonesia yang diyakni banyak mengandung hal positif.

“Permainan tradisional ini patut kita lestarikan karena ini adalah salah satu tradisi dan budaya leluhur bangsa ini yang patut kita lestarikan. Banyak hal-hal positif yang terkandung di dalamnya. Mulai bagaimana kita berkreasi memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar kita, mengajarkan kekompakan dan sportivitas, hingga aktivitas fisik yang sehat,” kata Suratno.

Untuk.diketahui Festival Memengan turut dihadiri Aktivis Dolanan dari Kampung Dolanan Kenjeran Surabaya, Mustafa Sam. Hadir secara virtual Pejabat Fungsional Madya Direktorat Pendidikan SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kurniawan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *