Baselan Condroaji Singosari akan menduplikat Keris Empu Gandring

 

Filesatu.co.id|Kab.Malang Sebuah ruang diskusi dan berbagi pengetahuan tentang Keris Singosari di inisiasi oleh Besalen Condroaji Singosari, diskusi ini dilaksanakan di pendopo Besalen milik Mpu Zaenal Fanani yang berada di Jl. Tumapel no. 67, kelurahan Pagentan, kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Diskusi pusaka keris Singosari ini diselenggarakan dalam rangka pemantapan keinginan Ki Fanani dan penggiat budaya Singosari untuk melakukan giat besar mereplika Keris Mpu Gandring. Diskusi pertama ini bertajuk “Doa dan Ngaji Sirek” ini dihadiri banyak kalangan dan sesepuh budaya dari Malang Raya, sabtu (18 juni 2022).

Bacaan Lainnya

Peserta yang mayoritas memakai pakaian adat jawa dan berudeng ini duduk saling berhadapan di pendopo sedang berukuran 4 meter kali 6 meteran.  Di pendopo Besalen ini sudah terdisplay Keris Nuswantara beserta beberapa bilah keris yang kanan kirinya terdapat berbagai ubo rampe cok bakal serta jajajan pasar yang disempurnakan dengan adanya nasi tumpeng bersanding spanduk bertuliskan kegiatan siang itu.

Sebelum diskusi dibuka, Mpu Fanani mempersilahkan perwakilan sesepuh untuk menjamas keris nuswantara dengan minyak yang telah disediakan. Para sepuh berasal dari Singosari, Kota Mbatu dan Lawang, satu persatu menjamas keris Nuswantara yang bentuknya mirip gunungan wayang kulit, sebelum prosesi mengolesi minyak ke keris nuswantara para sepuh berdoa untuk kelancaran hajat.

Seperti yang telah ditulis dalam flayer undangan, diskusi ini akan membahas pusaka Singosari yaitu Keris Mpu Gandring, sebuah keris legendaris yang dimiliki oleh Ken Arok. Seperti yang kita tahu keris Mpu Gandring merupakan pusaka yang bersejarah bagi Singosari dan nusantara. Namun begitu, minimnya literasi dan artefak tentang keris inilah yang mendasari para penggiat budaya singosari mengadakan giat diskusi ini.

Dalam mukadimahnya, Mpu Fanani membuka dengan pengetahuan tentang Keris pusaka buatan Mpu Gandring ini hanya tercatat dalam Kitab Pararaton dan Negarakertagama. Selain itu sangat sulit didapati literasi tentang keris yang diceritakan membawa kutukan karena ulah Ken Arok.

Terlepas dari itu, diskusi yang diawali dengan doa lintas keyakinan ini, menekankan tema diskusi pada spirit dari pusaka keris Singosari untuk pemersatu bangsa. Di akui atau tidak, keris Empu Gandring menjadi satu pusaka era Singosari yang dimiliki keluarga Wangsa Rajasa, dan berhasil membawa kejayaan Nusantara dengan lahirnya pemimpin yang menyatukan nusantara dengan ekspedisi pamalayu.

Mpu Fanani, selaku tuan rumah yang sekaligus pemimpin diskusi, menghaturkan bahwa doa dan diskusi siang itu, adalah awal niatan untuk membuat “replika” dari keris Mpu Gandring yang mashur itu.

“yang kami ingin diskusikan, seperti apa keris Singosari yang khususnya pernah dipegang sang Amurwabumi, jawabannya bermacam-macam” tutur Ki Fanani membuka diskusi.

Demi kelancaran niatan ini, Ki Fanani mengaku akan rutin melakukan diskusi dan membuka ruang kritik masukan hingga 6 bulan kedepan. Langkah ini adalah upaya Ki Fanani dan Penggiat Budaya dalam mensukseskan niatan membuat replika Mpu Gandring.

“memang kita nanti akan membuat satu tim riset dalam upaya ini, yang nantinya akan melibatkan, akademisi, empu empu dari 5 kota, sesepuh yang mampu berkomunikasi dua arah dan lainnya” terang ki fanani.

Untuk diketahui, rencana pembuatan keris ini Ki Fanani berencana berkolaborasi dengan Empu Keris yang selama ini punya keistimewaan dan telah terjalin komunikasi yang baik dengan dirinya.

“sementara ini belum, tapi paling tidak nanti ada empu yang terkenal dari Jawa Tengah Ki Subandi, minimal yang juara juara seperti yang dari Surabaya Ki Suhartono Diningrat, dan ada satu lagi yang di Malang ini juara satu tahun 2018 ini yang di Tanjung, empu tersembunyi juga ini, dan ada satu lagi yang kemungkinan nanti kami ajak itu empu dari Madura” ungkap Ki Fanani

Sebelum menuju pembahasan lebih dalam tentang keris Mpu Gandring, Mantan ketua Lesbumi Kabupaten Malang ini pun menyampaikan kisah terwujudnya Keris Nuswantara. Keris yang telah di jamas di awal diskusi. Keris dengan bentuk gunungan ini wujud dari keinginannya ditahun 2013 untuk memberi sumbangsih Keris Nusantara kepada museum Singasari. Sebuah keris yang melalui kajian penelitian dan masukan dari para sepuh budaya piagem ini. Namun, Ki Fanani tidak menyampaikan alasan kenapa Keris Nuswantara masih berada di Besalen Miliknya.

“keris nuswantara ini sudah ada atau terwujud di tahun 2013 yang lalu” ujarnya

Lebih lanjut Ki Fanani menjelaskan bahwa Keris Singosari adalah pusaka yang sempurna dalam penggarapannya. Dan kata dia itu di akui oleh para empu keris di nusantara ini.

“dari besinya, racikannya, pamornya, bagaimana kalau singosari itu keluar dengan  Sekar Kacangnya, Jenggot greneng, srawean, ada geger sapi, geger welut, itu hampir dikagumi semua orang” ujar Ki fanani

Dalam diskusi kurang lebih 2 jam ini, banyak masukan yang dilontarkan para peserta dalam spirit untuk merumuskan baiknya keris yang nanti di garap dengan tetap memegang berpijak pada masa lalu untuk masa kini dan masa depan. Pemahaman ini di lontarkan salah satu peserta dari Saka Nusantara Malang.

Masih dari Saka Nusantara, kali ini sang ketua Lukman Hakim yang menerangkan bahwa saat Empu Gandring di ciptakan masa itu peta politiknya sedang semrawut dan penuh konflik.

“saya akan menambahkan, dari kaca mata politik, tentang Singosari, Kenarok dan satria piningit. Keris itu akan menjadi terkenal ketika menjadi khusus ketika siapa yang memakai, siapa yang sebenarnya yang membawa, kalau keris itu saya yang membawa tidak mungkin seterkenal Ken Arok. Namun, Ken Arok saat itu muncul dalam situasi penuh konflik, sama seperti hari ini kalau saya gambarkan” Papar ketua Saka Nusantara.

Diskusi yang dihadiri banyak tokoh budaya di antaranya Ki Karebet, Ki Lelono (Batu), Saka Nusantara, penggiat budaya dari Polowijen, Guntur Bisowarno S.Si, Apt (Praktisi Seni Budaya & Adat Tradisi Nusantara), Gus Yusuf (PP Daar Salaam, Pasuruan) dan banyak penggiat budaya Singosari.

Dalam diskusi ini pun mencatat banyak masukan antara lain, nantinya ketika pusaka dibuat baiknya ada sepirit pemersatuan dan kebersamaan. Antara lain doa dari lintas agama, dan juga besi dari banyak unsur pemeluk agama. Hal ini dengan harapan pusaka nantinya benar benar milik masyarakat dan mendapat restu banyak pihak.

.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *