Bank Sampah Madiun, Barang Bekas Disulap Jadi Emas

Filesatu.co.id, Madiun | Kepedulian Pemerintah Kabupaten Madiun terhadap lingkungan terus digalakkan. Keseriusan Dinas Lingkungan Hidup dalam mengedukasi masyarakat dengan jargon “Hiduplah Bersama Sampah, jangan Hidup Seperti Sampah” menjadi stigma pamungkas dalam kehidupan masyarakat. Yang dulunya sampah-sampah dibakar maupun terbuang sia-sia di pedesaan, kini tersulap jadi jadi pundi-pundi rupiah. Bermanfaat bagi lingkungan sekaligus mendongkrak perekonomian.

Bacaan Lainnya

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap rumah hampir dipastikan memproduksi sampah setiap harinya. Mulai sampah plastik, kaleng, kertas dan masih banyak jenis sampah lainnya. Permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah cukup komplek. Mulai dari merusak pemandangan, menimbulkan bau tak sedap, sumber penyakit, hingga menyebabkan banjir.

 

Bank Sampah, solusi terjitu untuk menyudahi problematika persampahan. Selain meminimalisir dampak, Bank sampah merupakan alternatif terbaik meningkatkan ekonomi masyarakat.

 

Berkat binaan DLH yang saat ini dinahkodai oleh Edi Bintarjo yang berlandaskan ekonomi kreatif, saat ini hampir seluruh desa yang tersebar di 15 kecamatan se-Kabupaten Madiun telah memiliki bank sampah. Sebagai bentuk apresiasi keberadaan bank sampah tersebut, pemkab setempat pun memberi penghargaan bagi desa yang mampu mengelola persampahan di masing-masing wilayahnya.

MoU Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun dengan pegadaian

 

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, pertengahan bulan lalu pemkab madiun melalui TP PKK beserta DLH melakukan penilaian terhadap bank sampah yang ada. Alhasil, terdapat 10 desa yang dikategorikan layak mendapat penghargaan dari Pemkab setempat. Pertama, Bank Sampah Mentari Desa Teguhan Kecamatan Jiwan, berhasil menduduki peringkat teratas. Urutan kedua diraih oleh Bank Sampah Desa Dagangan. Sementara di peringkat ketiga, diraih oleh Bank Sampah Desa Tiron, Kecamatan Madun.

 

Selain tiga desa terbaik diatas, masih ada 7 desa yang turut mendapatkan penghargaan. Ketujuh desa tersebut antara lain desa sidodadi-Mejayan, Desa Sidomulyo-Wonoasri, Desa Mojorejo-Kebonsari, Desa Mojorayung-Wungu, Desa Morang-Kare, Desa Ngengor-Pilangkenceng dan Desa Warurejo-Balerejo.

 

Sebagai Bank Sampah peraih juara pertama, tentu merupakan suatu kebanggaan bagi Kepala Desa Teguhan-Jiwan, Abdullah Albaiti. Terlebih, saat ini merupakan tahun pertamanya menjabat sebagai Kepala Desa periode 2022-2028. Tentunya, hal tersebut akan menjadi salah satu indikator desa bersih tanpa sampah.

 

“Alhamdulillah, fashion show yang dipakai anak-anak kemarin itu dari hasil sampah,” ujar Bait, Selasa (20/09/2022).

 

Memang, tabungan di bank sampah tidaklah instan. Butuh waktu cukup lama bagi masyarakat yang ingin memiliki pundi-pundi rupiah dalam tabungannya. Namun, jika diakumulasikan, tak menutup kemungkinan dari angka-angka kecil bisa terkumpul menjadi rupiah dalam jumlah yang besar. Hal ini jauh lebih bermanfaat ketimbang sampah tersebut terbuang sia-sia. Sesuai jargon DLH, “Hiduplah Bersama Sampah, Daripada Hidup Menjadi Sampah”.

 

Istilah barang bekas jadi emas, cukup masuk akal dengan hadirnya bank sampah. Selain menabung sampah jadi uang, secara perlahan telah merubah mindset masyarakat dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Dengan kata lain, bank sampah mampu memberi 2 manfaat diwaktu yang sama, kebersihan lingkungan dan mendongkrak perekonomian. Berkat MoU DLH dengan pegadaian, masyarakat tak hanya menabung sampah jadi uang, tapi juga bisa berupa emas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *