Filesatu.co.id, Pamekasan | Kreatifitas para pengrajin batik harus terus melakukan terobosan baru yang keluar dari kebiasaan lama tanpa menghilangkan identitas batik Madura khususnya di Pamekasan, Jawa timur. Sabtu (18/12/2022).
Salah satu seperti dengan memproduksi batik yang berpola, agar jadi apik dan kontemporer yang mengangkat nilai jual karya berkearifan lokal tersebut.
“Saya kemarin diskusi dengan pak Sigit (Kabag Prokopim, red) tentang batik Pamekasan yang tidak berpola, akhirnya saya ada acara di Yogya beli batik satu, kemudian saya jelaskan kepada pembatik, kalau ini batiknya berpola,” ungkapnya pada media.
Bupati Pamekasan Baddrut Tamam mengungkapkan, batik yang berpola akan memudahkan penjahit memotong kain sesuai dengan keinginan pemakai. Sementara, sejauh ini batik khas Pamekasan membuat penjahit masih kebingungan meletakkan motif pada bagian depan atau belakang agar menjadi lebih menarik dan wibawa.
“Penjahit itu tidak akan pikir panjang untuk potong kalau ini bagian kerah, lengah, dan bagian yang lainnya, nyambung batiknya, enak dipakai. Di Jawa itu buat batik gambarnya ikan depan belakang, ada yang ikannya dari samping ke depan, di kita ini belum,” tukasnya, Sabtu pagi.
Untuk itu, pihaknya terus meminta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk memberikan pelatihan khusus pada perajinm khususnya pada pembuat batik pola guna meningkatkan nilai jual dan nilai tawar masyarakat global dalam barang jadi dan siap pakai.
“Makanya, tugas dinas perdagangan, dan OPD yang lain perlu melatih itu biar kemudian batik kita tetap identitasnya Madura, dan Pamekasan, tetapi ada pola atau ada produk yang dipola,” harapannya lagi.
Mas Tamam mengatakan, pihaknya pernah memberikan batik khas Pamekasan kepada sejumlah tokoh nasional sebagai nilai tawar terhadap batik bumi Gerbang Salam di kancah nasional. Hasilnya, cukup memuaskan setelah batik tersebut digunakan dalam beberapa acara di istana negara Jakarta.
“Beberapa tahun lalu, saya beli batik dan diberikan kepada sejumlah tokoh, pengusaha, dan pejabat negara untuk dipakai. Alhamdulillah Bapak Darmin Nasution kita kirimin dan dipakai di sejumlah acara di istana negara, saya bangga sekali karena pakai batik tulis Pamekasan,” tukasnya.
Tetapi, lanjut dia dalam lansiran laman resminya, berbeda ketika batik yang dikirim kepada tokoh atau pejabat nasional tersebut belum selesai dijahit. Penjahit luar Madura merasa kesulitan tata letak sesuai motif batik.
“Setelah dikirim kainnya untuk dipakai di acara yang lain, penjahitnya yang telpon, cara jahitnya bagaimana? Artinya, bisnis itu ikut pasar, jangan ikut sesuai dengan keinginan diri sendiri. Kalau pasarnya warna putih, jangan memaksa diri jual warna hitam,” pungkasnya.
Penulis: Afif