Filesatu.co.id, Madiun | Dalam rangka memperingati hari jadi yang ke 456, Pemerintah Kabupaten Madiun menggelar rentetan acara yang dikemas dalam Sepasma (Sepasar Ing Madiun). Pada hari ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga turut andil dengan menggelar Festival Dongkrek untuk memeriahkan acara Sepasma. Bertempat di alun-alun Caruban, Festival tersebut digelar, Senin (15/07/2024).
Festival Dongkrek pada momen Hari jadi Kabupaten Madiun ke-456 ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun Siti Zubaidah. Dalam sambutnya, Siti menggambarkan sedikit tentang kesenian Dongkrek. Kesenian asal Mejayan ini, merupakan warisan budaya berharga yang patut dibanggakan karena telah tercatat dan ditetapkan di level Dunia.
“Kesenian Dongkrek itu sudah menjadi warisan budaya takbenda mulai tahun 2014. Warisan budaya takbenda adalah hasil karya cipta atau budidaya dari masyarakat yang sudah ditetapkan oleh salah satu organisasi luar negeri yaitu UNESCO,” sambutnya.
Digelarnya festival Dongkrek hari ini, lanjut Mantan Kepala Dinas PPKB, PPPA Kabupaten Madiun itu, merupakan salah satu upaya melestarikan kebudayaan agar tak tenggelam ditelan oleh perkembangan zaman.
“Hari ini kita melakukan kegiatan Gebyar dan festival itu adalah sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya,” imbuhnya.
Sesuai perkembangannya, dongkrek telah dikembangkan menjadi beragam seni. Pada momen festival dongkrek kali ini, ditampilkan beberapa seni yang bisa menghibur masyarakat Kabupaten Madiun.
“Supaya bisa mengikuti perkembangan zaman, dongkrek dikemas dengan berbagai macam seni. Hari ini kita bisa melihat pertunjukan dongkrek sebagai seni musik, seni ritual dan seni pertunjukan. Untuk seni pertunjukan dongkrek nanti akan diadakan lomba yang diikuti oleh sanggar-sanggar baik dari masyarakat maupun dari sekolah. Selamat bergembira jangan lupa sehat dan bahagia,” pungkasnya.
Dilansir dari warisan budaya kemendikbud, Dongkrek adalah seni pertunjukan rakyat yang berkembang di Madiun, Jawa Timur. Unsur utama dari kesenian ini adalah musik Gamelan Dongkrek, Lakon (aktor pemain), dan latar cerita yang bernuansa sejarah.
Dongkrek pada awal kemunculannya tidak lepas dari upaya mengusir pagebluk di Desa Mejayan. Sekarang ini Dongkrek tampil dalam bentuk seni pertunjukan, walaupun di Mejayan tetap melestarikan Dongkrek sebagai ritual. Bentuk sajian dongkrek sebagai sarana ritual terbilang cukup sederhana. Sajian Dongkrek itu berupa prosesi arak-arakan yang diikuti oleh 34 orang penari. Iringan bunyi-bunyian (ensambel) dan beberapa tokoh masyarakat.
Dalam sajian ritual, Dongkrek digelar dalam suasana yang gelap, yakni tengah malam Jumat Legi. Hari Jumat Legi dianggap hari yang sakral oleh warga Mejayan. Pada malam hari itu para peserta prosesi mengikuti arak-arakan mengelilingi wilayah Mejayan.(adv)