Filesatu.co.id, Sidoarjo | Seiring ramainya pemberitaan banyaknya makam-makam yang bermunculan di area Situs atau Candi mendapat sorotan berbagai pihak.
Sebagian pihak menyampaikan sebaiknya harus ditindak lanjuti makam yang tidak jelas alur sejarah asal muasalnya, dan ini menjadi fenomena banyak ditemui.
Pantauan media ini, patut untuk dilakukan perawatan dan pengawasan, bahkan karena masih bersifat ada history kebenaran sejarah juga wajib diteliti oleh Dinas Cagar Budaya yang berwenang dalam hal ini.
Mengenai hal itu, mencoba menelisik situs Candi Watu Tulis tepatnya di Desa Watutulis, Prambon, Sidoarjo disitu akan dijumpai situs Batu Candi yang hanya tertata tidak menyerupai seperti Candi pada umumnya yang lebih membuat pertanyaan adanya makam disebelahnya. Minggu (15/7)2024).
Tampak ada dua makam persis disebelah utara Situs Candi yang tidak jelas makam siapa sebenarnya dan siapa yang dimakamkan disitu
Ditemui Buadi, seorang juru kunci Candi Watu Tulis sejak tahun 1998, menurutnya, tidak ada makam disitu, itu ada sekitar pada tahun 1999 ada seorang yang memberi batu nisan dua makam sekaligus yang kurang jelas asal muasalnya,” ungkap Buadi.
Disini perlunya, kata Buadi, pihak instansi terkait yang berwenang yakni Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (11) Provinsi Jawa Timur.
“Jika itu diperhatikan sebagai warga masyarakat Sidoarjo bangga dengan peninggalan jejak peninggalan sejarah Leluhur berupa Candi Watu Tulis,” ungkap Buadi.
Akan tetapi, masih Buadi, yang menjadi keraguan adanya dua makam yang ditutup kain warna hijau seakan-akan makam tua
“Kalaupun itu tidak ada kebenarnya bisa jadi ini pembelokan Sejarah pada generasi kita.
“Kalaupun sesepuh desa watu tulis itu adanya dipemakaman umum desa yang bernama “Mbah Joyo Rekso Dipo Walikromo” kalau yang disini ini saya gak tau ini makam siapa,” ujar Buadi.
Dikatakan Buadi, dibangunnya dua buah makam yang dipercaya oleh beberapa pihak sebagai makam Syeikh Subakhir dari Persia. Namun hal ini belum jelas kebenaranya atau ini ada rekayasa dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang mempunyai kepentingan tanpa adanya data sebenarnya.
“Semoga secepatnya pihak yang berwenang Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur manata keaslian dan bentuk candi yang sebenarnya, situs sejarah peninggalan Kerajaan Kahuripan ini,” (Didik)