Filesatu.co.id, KARAWANG | DI TAHUN Politik jelang Pilkada Karawang 2024, tentu janji-janji ”manis” sudah mulai diumbar oleh sejumlah calon pemimpin. Namun, siapa sangka jika janji-janji tersebut justru bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Hal itu terjadi ketika calon tersebut tidak bisa merealisasikan janji tersebut kepada publik, khususnya masyarakat.
Tanggapan itu disampaikan oleh Pengamat Politik Kebijakan Publik yang juga Ketua Peradi Karawang Asep Agustian, SH, MH.
“Janji-janji ini memang bisa menjadi bomeerang ketika janji tersebut tidak terealisasikan. Karena janji ini hanya semacam pemikat ataupun promosi dari seorang calon,” kata Asep Agustian. Senin 22 April 2024.
Pria yang akrab disapa Askun dikalangan awak media mengatakan janji-janji yang disampaikan para calon kepada publik tentu harus terukur, memiliki parameter, dan bisa dibuktikan. Sebab, dalam politik juga harus memiliki etika, tidak hanya membodohi masyarakat, jangan sampai membuat masyarakat semakin bingung.
Tetapi dalam hal ini, dirinya yakin kedewasaan politik masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin baik. Sehingga bisa memilah mana janji yang realitis dan mana janji yang bombastis.
“Dalam politik memang kerap para calon mengumbar janji seenaknya sendiri. Oleh karena itu, hendaknya masyarakat semakin dewasa dalam berpolitik, agar bisa memilah mana janji kosong, dan yang terealisir,” kata Pria berprofesi Pengacara ini melanjutkan
Maka dari itu, menurut Asep Agustian saat mengucap janji setiap calon harus bermain data terkait permasalahan yang ada. Contohnya, persoalan kemiskinan yang masih tinggi, yang harus di cari soslusi untuk menurunkan masalah tersebut.
“Janji yang paling realistis adalah bagaimana menurunkan angka kemiskinan, minimal berkurang dari sebelumnya. Daripada memberikan janji, menggratiskan BBM yang tidak mungkin. Menurut saya janji-janji yang mudah teralisir adalah janji yang memang tercapai. Intinya, harus ada parameter yang jelas,” ujarnya.
Kesimpulannya, ia berharap penyusunan visi misi calon harus lebih berpijak pada kenyataan, dan berpijak pada data. Kemudian tidak ada lagi janji-janji manis yang diberikan berdasarkan pengalaman dari calon.
Belakangan ini di media sosial sudah dibanjiri informasi seputar sosok kandidat yang akan bertanding di Pilkada serentak tahun ini. Bahkan, janji-janji ”manis” pun mulai diumbar. ***