FILESATU.CO.ID, KABUPATEN MALANG |Semerbak wewangian dupa memenuhi udara di halaman Mesem Caffe and Art Galery, Res Area Deforest, Tumpang, Kabupaten Malang. Halaman caffe yang berjejer meja dan kursi kayu disulap tidak seperti biasanya. Taburan bunga menjadi pemandangan tersendiri di halaman sebagai konsep acara launching Panji Laras Svara, Minggu malam (31/10/2021).
Alat musik dari berbagai daerah di Nusantara terlihat tertata di atas panggung berlatar gebyok ukir kayu.
Alat musik petik Sapek dari Kalimantan, Kecapi sunda, Gamelan, Kendang, Terbang, hingga alat musik pukul drum sudah diset sedemikian rupa.
Dengan penambahan topeng – topeng untuk memperindah tampilan. Penataan alat musik dan cek sound dilakukan sore pukul 14.00 wib hingga pukul 16.30 wib.
Seperti menjadi keharusan masyarakat seni yang ada di wilayah Tumpang, menghaturkan doa-doa di teras candi Jago sebelum acara seni budaya tetap dilakukan. Sore hari sebelum adzan magrip berkumandang, semua personil Panji Laras Svara yang berkaos putih menghaturkan doa dipimpin Ki Soleh Adipramono, seorang tokoh seni budaya Tumpang.
Dengan membakar dupa dan sesajian ubo rampe dilengkapi pisang, lantunan doa membawa nuansa kesakralan. Dengan duduk bersila semua Personil Panji Laras Svara dan beberapa anggota komunitas bermunajat kepada Tuhan Yang Esa untuk kelancaran dan kesuksesan launching grup musik bergenre World Musik.
Para personil Panji Laras Svara yaitu Iwan Dongkel pada vokal dan Percusion Rotmis, Mamad pada Bass, Siti Nurvianti pada Percusion Ritmis, Abing pada gitar, Joko Tebon pada vokal dan gitar, Heru Santoso (Ocep) pada drumb percusion, Safril Firdaus pada seruling dan terompet, dan Agus Wayan memainkan alat musik Dawai Nusantara secara khusuk mengikuti ritual doa ini.
Setelah itu, Panji Laras Svara kembali ke Mesem Caffe, beberapa personil mulai menyiapkan dan mengecek ulang piranti musik dan kostum yang akan dikenakan saat launching yang dijadwalkan pukul 19.00 wib. Panitia terlihat hiruk pikuk mempersiapkan hidangan jajanan tradisional, ubi rebus, juga ember untuk cuci tangan dan masker.
Awan mendung yang sejak sore hari bergelayut di langit Tumpang, tak kuasa untuk ikut menyapa. Teras dan payon dari galvalum memantulkan suara hujan lepas magrip itu.
“Syukurlah hujan, jadi udara tidak sumuk” ucap Heru Santoso, drumer grup Panji Laras Svara.
Benar saja, hujan turun begitu derasnya, namun tak lebih dari satu jam, cuaca kembali terang. Tamu undangan terlihat saling sapa menjadi pemandangan menggembirakan menyongsong launching Panji Laras Svara.
Dwi Cahyono arkeolog dan sejarawan dari Universitas Negeri Malang ditemani Restu Respati penggiat Cagar Budaya dan Ketua Jelajah Jejak Malang langsung disambut panitia.
Malam itu banyak tokoh seni dan budaya yang hadir, sebut saja Yongki Irawan, Hengki Herwanto, Gus Muhammad (gubuk Sufi), Abdul Malik, Suroso Topeng, Agus Tubrun, dan banyak lainnya.
Selain seniman dan budayawan malam itu acara launching juga dihadiri banyak penggiat dan komunitas yang selama ini bergerak dalam isu lingkungan. Seperti penggiat Kaliku, Gimbal Alas, Republik Gubuk, Mereka hadir dan menjadi saksi launcing grup Panji laras Svara.
Pukul 19.00 wib waktu yang ditunggu para tamu undangan dan penonton telah lewat, satu aransemen musik Yoga Sound Hiling dimainkan. Penonton terlihat semakin ramai, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, sajian demi sajian aransemen musik panji laras dimainkan.
Dilaunching ini Panji Laras membawakan sekitar 12 aransemen musik dan lagu yang juga berkolaborasi dengan pemusik serta seniman Malang. Diantaranya adalah Kolaborasi dengan Julet Jimbe, Nova Sinden, Boim Raper, Anggar dan Ki Soleh Adipramono.
Acara launching yang berakhir pukul 22.30 wib ini begitu menarik dan mampu membawa aura decak kagum para penonton dan tamu undangan dengan musik yang dibawakan. Lagu Hong wilaheng, Ole Olang, Gayatri Mantra, Move on walk on, sangat apik dimainkan dengan aransemen musik etnik ini. Para penonton juga disuguhi tarian sufi dari Gubuk Sufi Jabung, Kabupaten Malang yang mengiringi lagu Sufi Arabian. Saat para penari sufi berputar putar banyak penonton terkagum dan langsung mendokumentasikan diponsel masing masing.
Selain itu, satu yang menarik adalah penjabaran nama Panji Laras Svara oleh arkeolog Dwi Cahyono. Dwi cahyono membawakannya dengan gaya puisi. Puisi siapa Panji Laras Svara. Dalam bait puisinya sejarawan yang malam itu memakai ikat kepala dan syal kain tenun ini mengatakan Panji Laras Svara adalah untaian doa dan pengharapan.
“Mengapa Panji Laras Svara namamu, apa makna dan doa pengharapan dibalik nama dirimu. Salah satu unsur namamu adalah Panji, dan siapa itu Panji. Panji bukan hanya putra mahkota Jenggala, Panji tak hanya gelar Kesatria Jawa, Panji bukan cuma Pataka atau bendera bagi kesatuan kesatuan ketentaraan, Panji tak hanya kisah dalam susastra. Namun, Panji adalah tokoh sejarah, adalah juga figur seniman budayawan nusantara di masa lampau,” sebut Dwi Cahyono dalam puisinya.
Laporan : Nasai